"Itu sangat berbeda dengan pemahaman kami tentang semua kapal Makassar lainnya yang ada dalam seni cadas dan di Arnhem Land (di Australia utara)."
Karena tingkat detail lukisan, para peneliti berpikir bahwa orang Aborigin yang menciptakan lukisan cadas memiliki pengetahuan yang mendalam tentang seni melalui pengamatan yang lama atau dekat atau dari benar-benar menjelajahinya.
Bahkan mungkin, mereka "terkait dengan perdagangan. , penangkapan ikan, eksploitasi sumber daya, perburuan kepala atau perbudakan," menurut sebuah pernyataan.
Keberadaan lukisan cadas kapal perang "menyiratkan contoh kekerasan fisik atau setidaknya proyeksi kekuasaan" dari masyarakat Maluku terhadap penduduk asli Australia.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui tujuan pasti lukisan cadas, menurut penelitian tersebut.
"Motif-motif ini mendukung gagasan yang ada bahwa pelayaran sporadis atau tidak disengaja dari Indonesia ke garis pantai Australia terjadi sebelum atau bersamaan dengan kunjungan menangkap teripang (sea cucumber) reguler," kata penulis utama Mick de Ruyter, seorang arkeolog maritim dan profesor di Flinders University, dalam sebuah pernyataan.
Beberapa contoh penduduk pulau Indonesia yang paling awal tercatat berlayar ke pantai utara Australia terjadi pada pertengahan abad ke-17, menurut pernyataan tersebut.
Dengan asumsi orang Maluku membawa kapal mereka ke Australia, kehadiran kapal perang Maluku ini di Australia "akan mendukung penyimpangan yang signifikan dari narasi yang diterima tentang penangkapan ikan dan perdagangan pesisir Makassar."
Kehadiran kapal itu juga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kontak antara kedua kelompok, menurut rekan penulis studi Wendy van Duivenvoorde, seorang profesor arkeologi kelautan di Flinders University, mengatakan dalam pernyataan itu.
Profesor Paul Tacon, mengatakan bahwa karya seni tersebut menawarkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana orang Aborigin merekam pertemuan mereka dengan pengunjung asing.
Tacon adalah seorang profesor terkemuka di Pusat Penelitian Sosial Budaya Griffith University di Australia yang tidak terlibat dalam penelitian ini, ia mengatakan kepada Live Science melalui email
“Penelitian yang detail ini secara meyakinkan menunjukkan bukti adanya kontak antara orang Aborigin di Arnhem Land, Australia, dan pelaut dari Kepulauan Maluku ratusan tahun lalu,” katanya.
Sebelumnya, (perahu) Makassar telah teridentifikasi dalam lukisan cadas Arnhem Land, dengan penanggalan tertua antara akhir 1500-an dan awal 1600-an.
"Ini adalah pertama kalinya lukisan cadas kapal perang Maluku diidentifikasi dan beruntung lukisan itu begitu detail dengan ciri khas."