Dengan adanya ozon yang timbul pada periode ini, sinar matahari lebih banyak diserap daripada uap air. Hal ini memicu pasang-surut oleh matahari di atmosfer saat kondisinya memanas di siang hari.
Saat itu, gravitasi bulan lebih lemah sekitar 75 persen dibanding hari ini. Maka, pasang-surut atmosfer yang disebabkan matahari, ditambah dengan suntikan ozon dan sinar matahari, membuat kondisi Bumi menjadi stabil dengan panjang waktu 19 jam dalam satu hari.
"Pada titik resonansi, torsi pasang surut samudera dan atmosfer akan seimbang, menstabilkan laju rotasi Bumi pada panjang hari yang konstan," jelas para peneliti. Hanya saja, belum dipastikan secara tepatnya waktu periode resonansi tersebut, sehingga memerlukan pengujian lebih lanjut dan akurat.
Meski demikian, Mitchell dan rekan, berpendapat bahwa ada momen pada masa itu ketika hari jadi lebih panjang. Mereka berpendapat bahwa kenaikan kadar oksigen dan kehidupan kompleks di Bumi tertunda pada masa ini "sampai resonansinya rusak" oleh perubahan iklim yang secara tiba-tiba datang.
"Hari yang lebih panjang dapat [kemudian] memberi bakteri fotosintetik sinar matahari yang cukup untuk meningkatkan kadar oksigen yang cukup tinggi untuk mendukung kehidupan Metazoan yang besar," tulis para peneliti.