Dunia Hewan: Mungkinkah Megalodon Masih Ada di Zaman Sekarang?

By Ricky Jenihansen, Selasa, 20 Juni 2023 | 12:00 WIB
Dalam catatan dunia hewan, megalodon diketahui pernah mendominasi lautan Bumi. (Animal Wised)

Nationalgeographic.co.id—Dalam catatan dunia hewan, megalodon diketahui pernah mendominasi lautan Bumi sebelum kemudian punah.

Meskipun menghilang dari catatan fosil jutaan tahun yang lalu, belakangan muncul desas-desus bahwa hiu raksasa ini masih hidup di zaman sekarang.

Untuk diketahui, sekitar 20 juta hingga 3,6 juta tahun yang lalu, lautan di Bumi didominasi oleh spesies hiu raksasa yang disebut megalodon.

Nama ilmiahnya, Otodus megalodon, berarti "gigi raksasa" - nama dengan alasan yang mudah diketahui.

Dengan ukuran gigi tiga kali lebih besar dari hiu putih besar (Carcharodon carcharias), megalodon juga mencapai panjang 60 kaki (18 meter)—menjadikannya predator puncak terakhir yang pernah ada.

Namun desas-desus terus berlanjut hingga saat ini bahwa megalodon, hiu raksasa ini masih hidup.

Muncul video TikTok dan YouTube yang berspekulasi tentang bagaimana megalodon bisa bertahan dan mendapatkan jutaan penayangan.

Mungkinkah megalodon masih hidup hari ini, bersembunyi di suatu tempat di lautan?

Jack Cooper dari University of Swansea di Inggris, mengatakan mengatakan megalodon pasti sudah punah.

Ia merupakan mahasiswa doktoral dan anggota Kelompok Riset Pimiento, yang mempelajari keanekaragaman laut dari waktu ke waktu.

Cooper telah menghabiskan bertahun-tahun mempelajari megalodon, dan ia yakin bahwa tidak ada lagi megalodon di zaman sekarang.

"Setiap saran bahwa megalodon berpotensi masih ada di wilayah laut yang belum dijelajahi adalah omong kosong berdasarkan bukti yang kredibel," katanya kepada Live Science melalui email.

Meski sebagian besar lautan belum dijelajahi, Cooper mengatakan ada beberapa alasan mengapa megalodon tidak lagi bersembunyi di lautan kita. Alasan utamanya, rantai makanan akan terlihat sangat berbeda jika spesiesnya masih hidup.

"Megalodon bukan hanya hiu pantai yang sangat besar yang pasti akan terlihat (jika masih ada), megalodon juga merupakan predator puncak yang lebih tinggi di jaring makanan daripada predator laut yang hidup (saat ini)," jelasnya.

"Dengan demikian, itu akan menjadi pengaruh besar pada ekosistem laut."

"Kehilangannya memiliki konsekuensi yang berjenjang. Paus, salah satu mangsa utama mereka, menjadi lebih besar setelah megalodon punah tanpa ada yang memakannya," tambahnya.

"Beberapa mamalia laut terbesar saat ini seperti paus biru hanya berevolusi setelah megalodon punah. Jadi, singkatnya, jaring makanan modern sebagian dibentuk oleh megalodon yang tidak ada."

Megalodon di Palung Mariana?Para ilmuwan masih mempelajari beberapa wilayah lautan kita yang paling misterius dan belum terpetakan, khususnya wilayah terdalam seperti Palung Mariana.

Palung Mariana membentang hingga 35.876 kaki sekitar 10.935 meter di bawah permukaan laut. Meskipun menarik membayangkan hiu raksasa hidup diam-diam di kedalaman, Cooper mengatakan mereka tidak akan mampu bertahan hidup di lingkungan yang tidak ramah seperti itu.

"Laut dalam akan menjadi habitat yang sama sekali tidak cocok untuk predator puncak sebesar itu," katanya.

Perbandingan gigi megalodon dan gigi hiu putih. (Mark Kostich/Getty Images)

Menurutnya, mereka menemukan hiu laut dalam sepanjang waktu dan tidak ada yang mendekati ukuran raksasa 20 meter atau sekitar 65 kaki.

"Karena megalodon kemungkinan memakan mangsa yang cukup besar, hewan yang lebih kecil itu tidak akan menjadi sumber yang bagus," katanya.

"Palung Mariana sebagian besar memiliki kehidupan mikroskopis yang bahkan tidak akan memberi makan satu megalodon, apalagi populasi rahasia."

Kenshu Shimada, ahli paleobiologi di De Paul University di Chicago yang telah mempelajari megalodon, mengatakan bahwa klaim hiu besar ini masih hidup di suatu tempat saat ini tidak pernah terbukti.

Untuk memahami mengapa megalodon tidak dapat bertahan hidup di lautan saat ini, memahami bagaimana ia punah dapat membantu.

Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, Shimada menyebut ada beberapa teori yang dominan.

Beberapa hipotesis utama kepunahan megalodon adalah karena perubahan iklim atau persaingan dengan hiu putih besar yang muncul beberapa juta tahun yang lalu.

"Mungkin juga kepunahan itu disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor," lanjutnya.

Cooper setuju bahwa perubahan iklim mungkin menjadi alasan utama mengapa megalodon punah.

Dia mengatakan kepunahan megalodon sebagian besar disebabkan oleh penurunan permukaan laut dari zaman Pliosen (5,3 hingga 2,6 juta tahun lalu).

"Pengurangan itu akan secara dramatis mempengaruhi habitat pesisir megalodon dan mangsanya," katanya.

Itu berarti lebih sedikit area bagi megalodon untuk hidup. Lebih sedikit juga ketersediaan makanan untuk mengisi kembali sejumlah besar energi yang mereka butuhkan, mengingat besarnya ukuran mereka dan juga gaya hidup predator aktif.

Permukaan laut saat ini umumnya tetap jauh lebih rendah daripada Pliosen, jadi kondisi seperti itu jauh dari cocok untuk mereka.

Akhirnya, jika megalodon masih hidup hari ini, kita mungkin akan mengetahuinya karena mereka akan terancam perburuan—seperti hiu putih besar.

"Kami akan melihat bukti megalodon yang sangat jelas," kata Cooper.

"Karena manusia membunuh sebanyak 100 juta hiu setiap tahun, dengan hiu yang lebih besar berisiko terhadap hal ini, mereka mungkin tidak akan dapat bertahan hidup daripada sebaliknya."