Senjata ini terbuat dari tiga jenis baja dengan kekerasan yang berbeda seperti baja lunak (shigane), baja sedang (kawagane), dan baja keras (hagane).
Prosesnya sangat rumit dan memakan waktu. Itu termasuk perawatan bijih besi, yang dipalu menjadi batang, ditekuk di tengah, dicampur, lalu ditekuk lagi. Proses memalu itu dilakukan hingga 16 kali untuk mendapatkan baja keras.
Bilah katana panjangnya sekitar 60-80 cm dan berat 1,1-1,3 kg. Ini tidak jauh berbeda dari pendahulunya, tachi. Namun bilah katana biasanya sedikit lebih ringan. Katana juga memiliki bilah yang lebih melengkung yang menyempit ke arah ujung.
Yang membedakan katana dari tachi adalah perubahan cara samurai membawa pedang. Tachi digantung dengan tali di pinggang. Mata pedang mengarah ke bawah. Sedangkan dengan katana, pedang ditancapkan ke ikat pinggang, mata pedang pedang mengarah ke atas.
Keunggulan katana dibandingkan dengan senjata lain bila digunakan dalam situasi kritis
Dengan menggunakan katana, seorang samurai yang terampil dapat menarik dan menebas lawannya dengan satu gerakan dalam sekejap mata. Ini adalah keahlian penting dalam perang jarak dekat, di mana kemenangan sangat bergantung pada waktu respons yang singkat.
Manuver itu tidak mungkin dilakukan dengan tachi, pendahulu kuno katana.
Prajurit samurai tidak secara eksklusif memakai pedang katana. Namun, setelah tahun 1588, hanya Samurai yang memakai katana yang dikombinasikan dengan senjata lain yang lebih pendek. Senjata yang lebih pendek itu dikenal sebagai wakizashi. Kombinasi ini disahkan hingga tahun 1871.
Masa ketika pedang hanya boleh digunakan oleh para samurai
Pada tahun 1588, Toyotomi Hideyoshi, orang kedua dari tiga pemersatu Kekaisaran Jepang, mengeluarkan dekrit.
Sejak saat itu, para petani dilarang membawa pedang atau senjata lainnya. Pedang hanya akan disediakan untuk kelas prajurit samurai.