Perang Salib Pertama, Awal Mula Sinisme Kekaisaran Bizantium dan Barat

By Ricky Jenihansen, Jumat, 23 Juni 2023 | 12:00 WIB
Lukisan abad ke-15 M karya Jean Colombe yang menggambarkan serangan Pasukan Perang Salib Pertama di Antiokhia pada 1097-8 M. (Bibliothèque Nationale de France, Paris)

Nationalgeographic.co.id - Setelah kegagalan gelombang pertama pasukan Perang Salib Rakyat, gelombang kedua pasukan salib kali ini dipimpin oleh kelompok bangsawan. Pasukan salib gelombang kedua lebih terhormat, kesatria dan terdiri dari prajurit profesional.

Mereka tiba di Konstantinopel pada musim gugur dan musim dingin pada tahun 1906. Sebenarnya tidak ada yang aneh dari pasukan salib Gelombang kedua, kecuali musuh lama kaisar Bizantium.

Di antara pasukan salib termasuk di antaranya adalah pemimpin musuh lama Kekaisaran Bizantium, yaitu Norman Bohemund dari Taranto.

Menurut catatan World History Encyclopedia, Bohemund dan ayahnya, Robert Guiscard ("Crafty"), duke dari Apulia, telah menyerang Yunani Bizantium antara tahun 1081 dan 1084. Pada tahun 1097 Bohemund dan para kesatrianya tiba di Konstantinopel.

Pada awalnya, segalanya berjalan baik dengan Norman bersumpah setia kepada kaisar bersama dengan para pemimpin Pasukan Salib lainnya seperti Godfrey dari Bouillon, duke dari Lower Lorraine, dan Raymond IV (alias Raymond de Saint-Gilles), Pangeran Toulouse.

Ada lebih banyak bangsawan lagi, dan dengan masing-masing memimpin kontingen kesatria mereka sendiri. Dengan adanya hambatan bahasa, bersatunya pasukan salib benar-benar seperti sebuah keajaiban. Keberhasilan mereka akan mengejutkan semua orang.

Alexios menggunakan Pasukan Salib dengan baik, meskipun ada banyak masalah dalam perjalanannya. Sering kali terjadi pemerkosaan dan penjarahan dilakukan oleh anggota Pasukan Salib barat yang kurang saleh.

Akibatnya ada banyak kekacauan yang terjadi saat mereka melintasi Eropa dan wilayah Kekaisaran Bizantium.

Di sisi lain, orang Normandia sangat ingin mengalahkan Kekaisaran Turki Seljuk Raya dan mendirikan beberapa kerajaan baru mereka sendiri sebagai gantinya. Alexios mungkin bersedia mengikuti rencana ini karena kerajaan seperti itu mungkin terbukti menjadi penyangga yang berguna di perbatasan Kekaisaran Bizantium.

Dengan kekuatan campuran Pasukan Salib, pasukan Alexios, yang dipimpin oleh jenderal Bizantium Tatikios, berhasil merebut kembali Nicea pada bulan Juni 1097.

Rangkaian kampanye militer dalam Perang Salib Pertama. (Simeon Netchev/World History Encyclopedia)

Meskipun Kekaisaran Turki Seljuk Raya pada kenyataannya lebih suka mundur, meninggalkannya dan bertempur di lain hari.