Surga bagi Pencinta Paralayang itu Bernama Desa Wayu

By Sheila Respati, Jumat, 23 Juni 2023 | 14:18 WIB
Desa Wayu menjadi istimewa bagi pencinta paralayang karena memiliki potensi thermal, angin dan langit yang ideal, serta pemandangan empat dimensi. ((DOK. National Geographic Indonesia/Joshua Marunduh))

Nationalgeographic.co.id – Anugerah Tuhan yang tak ternilai bergelimangan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kabupaten seluas 5.197 km persegi tersebut dianugerahi tanah yang subur sehingga hasil pertanian melimpah. Keragaman seni dan budayanya juga membentuk identitas Sigi yang unik.

Tak hanya itu, bentang alam di kabupaten yang merupakan bagian dari Cagar Biosfer Lore Lindu tersebut menakjubkan. Pemandangan barisan Pegunungan Gawalise di sisi barat, yang sekaligus menjadi pembatas antara Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Barat, mengundang decak kagum.

Di barisan Pegunungan Gawalise tersebutlah terdapat sebuah desa bernama Wayu yang dikenal dengan pemandangan bak negeri di atas awan. Secara administratif, Desa Wayu berada dalam wilayah Kecamatan Marawola Barat.

Desa yang berpopulasi 389 jiwa tersebut terletak pada ketinggian kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Desa Wayu bukan desa biasa yang menawarkan pemandangan dari atas bukit, melainkan surga bagi pencinta olahraga aerosport, khususnya paralayang.

Bagaimana tidak, sambil melakukan olahraga yang membutuhkan nyali besar itu, penerbang paralayang dapat menikmati pemandangan alam empat dimensi. Lembah, sungai, pegunungan, dan laut tersaji dengan apik dari ketinggian.

Baca Juga: Festival Lestari 5, Langkah Menguatkan Perda Sigi Hijau

Tidak heran, Federasi Aerosport Dunia yang berbasis di Prancis melabeli Desa Wayu sebagai salah satu spot terbaik di dunia untuk berparalayang.

Oleh karena itu, Desa Wayu menjadi salah satu potensi yang “dipamerkan” Kabupaten Sigi dalam Festival Lestari 5 yang dihelat oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) pada 23-25 Juni 2023. Berparalayang di Desa Wayu menjadi salah satu rangkaian acara dalam festival pada Kamis (22/6/2023).

Ketua Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI) Sulawesi Tengah, Asgar, yang hadir dalam rangkaian acara tersebut mengatakan keistimewaan paralayang di Desa Wayu tak semata pemandangan bentang alam yang indah.

Menurutnya, Desa Wayu memiliki unsur-unsur penting pendukung olahraga tersebut. Sebut saja, thermal atau panas udara. Untuk menaikkan ketinggian parasut, penerbang paralayang tak hanya membutuhkan dorongan angin, tetapi juga thermal.

“Desa Wayu adalah satu-satunya tempat di Indonesia, bahkan di Asia, dengan spesifikasi thermal yang bersesuaian dengan olahraga paralayang. Itulah alasan mengapa Federasi Aerosport Dunia menilai Desa Wayu sebagai salah satu tempat terbaik untuk berparalayang di dunia,” terang Asgar.

Dengan keistimewaan tersebut, Desa Wayu pertama kali ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan kejuaraan paralayang berskala internasional pada 2016.