Troll, Makhluk Aneh Mitologi Nordik yang Takut Terkena Sinar Matahari

By Wawan Setiawan, Sabtu, 1 Juli 2023 | 17:00 WIB
Troll, makhluk menyeramkan dalam mitologi Nordik yang berubah menjadi batu jika terkena sinar matahari. (Lillehammer)

Troll berasal dari mitologi Nordik dan Viking kuno, muncul dalam teks definitif tertua tentang budaya Nordik, Prosa Edda.

Trolltunga, batu lidah Troll, yang terkenal di Norwegia. Menurut mitologi Nordik batu tersebut adalah lidah Troll yang menjadi batu. (adventures.com)

Namun evolusi Troll, dalam mitologi Nordik, sebagai spesies yang dapat dikenali, masih membingungkan. Awalnya, kata trolleri digunakan untuk menggambarkan semua jenis makhluk yang menarik sihir mereka dari alam dan menggunakannya untuk mengganggu manusia.

Butuh ratusan tahun untuk nama itu menyempit menjadi makhluk yang kita kenal sebagai Troll hari ini. Memang, perbedaan tajam antara dua jenis Troll yang kita kenal sekarang (satu raksasa dan agresif, yang lain kecil, imut, dan nakal) adalah bukti keanekaragaman makhluk ini di masa lalu.

Troll juga ditampilkan dalam sastra, seni, dan musik Nordik selama periode Romantis di tahun 1800-an dan selanjutnya. Yang paling terkenal mungkin adalah ilustrasi dongeng Theodor Kittelsen dan puisi dramatis Henrik Ibsen Peer Gynt dari tahun 1867.

Catatan tertulis pertama tentang Troll dibuat dalam buku Prosa Edda dari abad ke-13. Sejak itu, Troll berbaris tanpa henti melintasi halaman literatur. Pada awalnya, mereka terbatas pada dongeng Skandinavia seperti "Askeladden’s Adventures" dan "Three Billy Goats Gruff", yang menyoroti kebodohan mereka dengan membiarkan karakter yang lebih lemah mengakali mereka.

Namun, pada abad ke-20, mereka menerima sedikit peningkatan karakter dalam The Changeling karya John Bauer, yang menggambarkan mereka sebagai makhluk licik yang, kadang-kadang, mampu berhati lembut.

Tidak mengherankan, tetangga Eropa di Skandinavia selanjutnya mengadopsi Troll. Monster-monster itu sangat populer di kalangan penulis fantasi Inggris, termasuk C.S. Lewis, J.R.R. Tolkein, dan J.K. Rowling, yang semuanya mempertahankan pola dasar yang tidak cerdas, jelek, dan agresif.