Nationalgeographic.co.id—Spesies palem langka baru saja ditemukan di Kalimantan. Spesies ini adalah satu-satunya anggota keluarga palem (Arecaceae) yang diketahui berbunga dan berbuah hampir seluruhnya di bawah tanah.
Karena spesies palem langka ini punya karakteristik yang tidak biasa seperti itu, para ilmuwan menamai spesies Pinanga subterranea. Kata subterranea berasal dari bahasa Latin yang berarti bawah tanah.
Para peneliti di Royal Botanic Gardens, Kew dan rekan-rekannya telah menjabarkan penemuan spesies palem langka ini ke dalam makalah studi baru. Makalah tersebut telah terbit di jurnal PALMS dengan tambahan komentar di Plants, People, Planet.
Berasal dari pulau tropis Kalimantan di Asia Tenggara, tanaman ini terkenal di kalangan penduduk setempat yang suka mengemil buahnya yang berwarna merah cerah. Buah spesies palem langka ini menjadi makanan manis dan berair yang dikonsumsi di beberapa bagian pulau.
Namun, hingga saat ini, tumbuhan tersebut tetap tidak diperhatikan oleh para ilmuwan yang hingga saat ini telah mendeskripsikan sekitar 300 spesies palem yang berbeda di pulau tersebut. Pinanga subterranea bergabung dengan lebih dari 2.500 spesies palem yang diketahui sains, dengan sekitar setengahnya mungkin sedang terancam punah.
Menurut tim peneliti internasional, Pinanga subterranea dapat ditemukan tersebar di seluruh hutan hujan primer Kalimantan bagian barat, melintasi garis negara bagian dari Sarawak di Malaysia hingga Kalimantan di Indonesia.
Sebelum dideskripsikan secara ilmiah, tanaman ini dikenal setidaknya dalam beberapa bahasa Kalimantan dengan nama Pinang Tanah, Pinang Pipit, Muring Pelandok, dan Tudong Pelandok.
Tersembunyi di depan mata
Meskipun spesies palem langka ini dan buahnya dikenal baik oleh penduduk asli Kalimantan, Pinanga subterranea telah sepenuhnya diabaikan oleh komunitas ilmiah, yang membuat para peneliti studi ini terkejut.
Menurut para peneliti, hal ini menyoroti kebutuhan untuk berkolaborasi lebih erat dengan masyarakat adat dan pengetahuan mereka yang rumit tentang bentang alam dan hutan.
Faktanya, para peneliti pertama kali diberitahu tentang keberadaan tanaman tersebut oleh rekan penulis studi Paul Chai, seorang ahli botani Malaysia dan senama dari spesies palem Pinanga chaiana.
Paul pertama kali menemukan palem ini pada 1997 saat berkunjung ke Suaka Margasatwa Lanjak Entimau, Sarawak. Saat dia menyikat serasah daun tebal yang mengelilingi pohon palem muda untuk mengambil gambar yang lebih baik, dia memperhatikan buah yang telah tersingkap.
Ada beberapa tanaman, tetapi hanya satu yang berbuah. Pada tahun 2018, ilmuwan Kew Benedikt Kuhnhäuser, Peter Petoe, dan William Baker mengunjungi kembali Suaka Margasatwa Lanjak Entimau dan mengumpulkan beberapa spesimen palem itu untuk penelitian ilmiah.
"Tanpa petunjuk dari rekan Malaysia kami Dr. Paul Chai, kami mungkin salah mengira spesies baru yang menarik ini sebagai bibit palem yang biasa-biasa saja dan akan berjalan melewatinya," kata Benedikt Kuhnhäuser.
"Sebaliknya, kami telah menjelaskan secara ilmiah kasus geoflory yang sangat langka, yaitu pembungaan di bawah tanah, dan contoh pertama yang diketahui dari jenisnya di seluruh keluarga palem. Ini benar-benar penemuan sekali seumur hidup."
Secara terpisah dari tim, peneliti Indonesia dan penulis utama studi ini, Randi Agusti, menemukan beberapa spesimen palem di Kalimantan pada tahun 2017. Setidaknya satu tampaknya telah digali oleh babi hutan, sementara yang lain tampaknya telah dimakan atau dihancurkan oleh hewan itu.
Para peneliti dari Indonesia, Malaysia, dan Kew kemudian bekerja sama untuk mendeskripsikan secara ilmiah palem yang tidak biasa ini sebagai spesies baru dalam ilmu pengetahuan.
Randi Agusti, peneliti dari National University of Singapore, mengatakan, "Pertama kali saya menemukan palem kerdil ini pada tahun 2017 di sebuah hutan di Kalimantan Barat. Sekelompok babi hutan sedang menggali tanah di sekitar populasi P. subterranea, dan saya menemukan beberapa buah yang masak dengan warna merah cerah yang mencolok tergeletak di tanah."
"Saya perhatikan banyak tanah di sekitar batang palem ini yang digali oleh babi hutan untuk mencari buah yang ada di bawah tanah. Kotorannya juga berserakan di sekitar genangan air dengan benih yang terkandung di dalamnya," tutur Randi.
Sepintas, spesies ini tampak seperti tumbuhan muda dari palem biasa lainnya di hutan hujan Kalimantan. Bibit palem seringkali berserakan di dasar hutan di hutan hujan tropis dan sangat sulit untuk diidentifikasi, bahkan oleh ahli botani yang paling ahli sekalipun, dan akibatnya cenderung diabaikan dalam survei botani.
Namun dalam kasus ini, bibit-bibit yang terlihat ini sebenarnya adalah pohon dewasa yang sudah terbentuk sempurna, dengan bagian reproduksinya tersembunyi di bawah permukaan tanah.
Namun demikian, bahkan dengan petunjuk dari Dr. Chai, para ilmuwan masih harus menunjukkan kebaruan spesies tersebut. Ada lebih dari 140 spesies palem dalam genus Pinanga.
Sebagian besar spesies dalam genus ini merupakan palem tegak berukuran kecil yang dapat ditemukan di sepanjang lapisan bawah hutan. Lebih dari 100 spesies ini ada di Asia Tenggara, dan Kalimantan adalah pusat keanekaragamannya.
Membedakan Pinanga subterranea sebagai speises yang benar-benar baru membutuhkan studi yang cermat oleh Randi, seorang ahli Pinanga. Randi dengan hati-hati membandingkan spesimen palem ini dengan semua spesies Kalimantan lainnya yang diketahui dari genus ini untuk membangun argumen bahwa ini adalah spesies baru bagi ilmu pengetahuan.
Keunikan Pinanga subterranea
Sebagian besar tanaman berbunga (angiospermae) telah berevolusi untuk mengembangkan bunga dan buahnya di atas tanah, yang membantu memfasilitasi penyerbukan dan penyebaran biji. Namun ada sebagian kecil tanaman yang telah berevolusi menjadi bunga dan buah di bawah tanah—proses yang masing-masing dikenal sebagai geoflory dan geocarpy.
Fenomena geoflory and geocarpy ini telah diamati pada setidaknya 171 spesies di 89 genera dan 33 famili tanaman. Kacang, misalnya, berbunga di atas tanah, tetapi buahnya berkembang di bawah tanah.
Namun, berbuah dan berbunga secara eksklusif di bawah tanah adalah fenomena yang sangat langka. Menurut sepengetahuan para peneliti, hal itu hanya pernah diamati pada genus anggrek kecil Rhizanthella.
Perilaku yang tidak biasa ini membingungkan para ilmuwan karena tampaknya menghalangi kemampuan tanaman untuk berhasil menyerbuki dan menyebarkan benih, dan belum pernah diamati sebelumnya dalam keluarga palem. Dengan deskripsi P. subterranea sebagai ilmu baru, para peneliti berharap ini dapat menarik minat peneliti lain yang dapat membantu mengungkap beberapa misteri seputar spesies yang tidak biasa ini.
William Baker, Senior Research Leader—Tree of Life di RBG Kew, berkata, "Saya telah mempelajari palem selama 30 tahun dan takjub melihat bagaimana mereka terus mengejutkan kita."
"Penemuan tak terduga ini menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Apa yang menyerbuki pohon palem itu? Bagaimana penyerbuk menemukan bunga di bawah tanah? Bagaimana fenomena ini berevolusi dan apa yang akan mengejutkan kita selanjutnya dengan pohon palem?"
Dalam kasus Pinanga subterranea, contoh ganda geocarpy dan geoflory semakin membingungkan karena tanaman dalam genus Pinanga biasanya diserbuki oleh serangga seperti lebah dan kumbang, yang tidak dapat bergerak dengan mudah di bawah tanah seperti di atas.
Namun, terlepas dari keanehan ini, para ilmuwan telah mengamati sejumlah besar benih dan buah yang ditanam oleh Pinanga subterranea, yang menunjukkan mekanisme penyerbukan yang berhasil. Tim peneliti studi belum memecahkan misteri ini sehingga akan membutuhkan studi lebih lanjut tentang proses yang terjadi di dalam tanah.
Namun, para peneliti lebih berhasil dalam mencari tahu bagaimana benih tanaman itu tersebar di hutan hujan. Pengamatan telah mengungkapkan bahwa buah dari spesies palem langka itu digali dan dikonsumsi oleh babi berjanggut (Sus barbatus).
Meskipun buahnya tampaknya tidak memiliki aroma yang berbeda di hidung manusia, indra penciuman babi yang jauh lebih halus dapat membantu mereka dalam berburu makanan. Sama seperti babi yang digunakan untuk berburu truffle.
Benih dari buah yang dikonsumsi babi itu kemudian disebarkan di seantero hutan dalam kotoran babi. Para peneliti telah berhasil membudidayakan benih yang dikumpulkan dari kotoran babi itu, yang telah tumbuh dengan baik di Arboretum Sylva Untan di Indonesia sebagai koleksi tanaman hidup ex-situ.
Benedikt Kuhnhäuser menambahkan, "Mengidentifikasi Pinanga subterranea sebagai sesuatu yang baru dalam ilmu pengetahuan tidak akan mungkin terjadi tanpa referensi ekstensif koleksi palem di lembaga botani di Indonesia, Malaysia dan di Kew, serta keahlian selama puluhan tahun dalam tim kami dalam mengumpulkan dan mengidentifikasi palem."
"Penelitian ini adalah pengingat bahwa kita perlu terus berinvestasi dalam koleksi taksonomi dan ahli tanaman generasi berikutnya untuk memungkinkan penemuan serupa yang mencengangkan di masa depan. Masih banyak yang harus ditemukan tentang dunia alami kita yang semakin terancam."