Tutup Festival Lestari 5, Raego Jadi Simbolisasi Gotong Royong untuk Pembangunan Lestari

By Sheila Respati, Rabu, 28 Juni 2023 | 17:07 WIB
Tari Raego Kulawi menutup Festival Lestari 5 (DOK. National Geographic Indonesia/Joshua Marunduh)

Pada kegiatan telusur komoditas, peserta dibawa langsung ke daerah-daerah penghasil seperti kakao, kopi, asiri, dan bambu sebagai proses untuk mendapatkan inspirasi dari budaya dan alam sehingga kemitraan dapat dikonkretkan dengan pelaku budidaya.

Anak muda sebagai generasi penerus juga menjadi ujung tombak dari pelaksanaan Festival Lestari 5. Sebanyak 200 orang muda yang berusia 17-35 tahun terlibat sebagai panitia penyelenggaraan festival. Mereka tergabubung dalam berbagai komunitas. 

Sedangkan untuk peserta rangkaian kegiatan, orang muda yang terlibat total mencapai hampir 500 orang, salah satunya dengan kerjasama antara UIN Datokarama dan Pijar Foundation.

Ia mengatakan, terjadi sebuah upaya gotong royong yang nyata untuk mendorong pertumbuhan yang tetap tidak melupakan rahmat dari alam. Capaian kemitraan yang terjadi antara calon mitra dan investor dengan para pelaku usaha mikro, kecil, dan mengengah (UMKM) berbasis komoditas lestari bernilai 22,7 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 350 miliar.

Di antara itu ada pula komitmen investasi dan transkasi senilai 2,7 juta dollar AS atau senilai Rp 40 miliar untuk pengembangan komoditas kakao, kopi, dan minyak asiri.

Raego bermakna terima kasih pada alam dan melambangkan kerja sama. (DOK. National Geographic Indonesia/Joshua Marunduh)

Selama festival itu juga diteken enam nota kesepahaman oleh berbagai stakeholder dan empat  deklarasi komitmen untuk pengembangan investasi. Salah satu kerja sama dan komitmen terkait dengan riset dan inovasi bersama para pihak untuk memperdalam peluang ekonomi di Sulawesi Tengah, tepatnya Kecamatan Gumbasa, Kulawi Selatan dan Kecamatan Palolo.

“Ini membuktikan bahwa Festival Lestari ini tidak semata mempertemukan daerah-daerah yang memiliki visi yang sama dalam konsep pembangunan lestari, lebih dari itu menjadi ajang untuk mempromosikan produk sekaligus menarik investasi,” kata Bupati Irwan.

Karenanya ia berharap, terutama kepada para pejabat di lingkup pemerintahannya agar segera menindaklanjuti berbagai capaian-capaian dan kesepahaman yang terjadi selama festival tersebut.

“Seperti di Kecamatan Palolo untuk pengembangan komoditi vanili, agar segera dikuatkan nota kesepahamannya,” ujarnya.

Menggerakkan ekonomi rakyat

Festival Lestari 5 juga turut menggerakkan ekonomi rakyat. Angka-angka itu menurut Bupati Irwan belum termasuk uang yang beredar selama festival. Ia melaporkan, selama festival berlangsung tidak kurang dari Rp 499 juta uang yang beredar. Dari jumlah itu, sekitar Rp 106 juta beredar di sejumlah lapak UMKM yang berdiri di sekitar festival.

Baca Juga: 25 UMKM dari Kabupaten Anggota LTKL Presentasikan Produk Berbasis Alam di Festival Lestari 5 

Sekitar Rp135 juta beredar di booth yang dibuka oleh para peserta, sedangkan di pedagang kaki lima (PKL) di sekitar kawasan pusat acara festival tercatat mencapai Rp 131 juta, dan pendapatan parkir selama kegiatan mencapai Rp 76 juta.

Selama festival itu juga kata Bupati Irwan, estimasi pengunjung yang datang memeriahkannya mencapai 15.000 orang dan nilai transaksi keseluruhannya mencapai Rp435 juta.

Ia pun menyampaikan terima kasihnya atas dukungan semua pihak sehingga acara tersebut berlangsung dengan lancar dan menghasilkan hal-hal positif guna melanjutkan dan konsisten dengan visi pembangunan lestari.

(Kontributor Foto: Joshua Marunduh/ Teks: Basri Marzuki)