Tutup Festival Lestari 5, Raego Jadi Simbolisasi Gotong Royong untuk Pembangunan Lestari

By Sheila Respati, Rabu, 28 Juni 2023 | 17:07 WIB
Tari Raego Kulawi menutup Festival Lestari 5 (DOK. National Geographic Indonesia/Joshua Marunduh)

Nationalgeographic.co.id -- Sekelompok laki-laki dan perempuan berpakaian adat khas Lindu berkumpul, saling menjalin tangan di atas panggung. Mereka bergerombol, saling merapatkan diri satu sama lain.

Para perempuan menggunakan rok bersusun yang disebut haili, dengan atasan berbahan satin yang mengkilap. Pada kepala mereka, terikat hiasan kepala bebahan manik-manik. Sementara para laki-laki, menggunakan pakaian adat dan ikat kepala bernama siga.

Mereka menari dalam lingkaran, saling menyelaraskan derap kaki, sembari mengucap kata-kata puitis dalam bahasa kuno, Uma. Uniknya, tarian tidak sama sekali diiringi oleh alunan alat musik. Hanya suara nyanyian para penari yang terdengar saling berharmonisasi dan bersahutan.

Tarian tersebut bernama raego, sebuah tarian kuno yang kini hanya dapat ditemukan di area berbukit Lindu, Desa Kulawi dan Pipikoro, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Orang Kulawi menyebutnya Raego, suku Kaili menyebutnya Rego, dan suku Bada menyebutnya Raigo.

Namun intinya, setiap gerakan dan nyanyian bermakna satu, yakni terima kasih akan kekayaan alam yang diberikan oleh Yang Maha Esa. Lingkaran yang dibentuk oleh para penari menyimbolkan kebersamaan atau gotong royong.

Filosofi dan roh dari raego tersebutlah yang menjiwai Festival Lestari 5. Tari raego menutup festival yang diselenggarakan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) tersebut, Jumat (25/6/2023).

Ada alasan mengapa raego menjadi pementasan pamungkas. Festival Lestari 5 merupakan perwujudan spirit dan semangat dalam raego--menghargai alam yang banyak memberi dan mendorong gotong royong untuk menjaganya.

Baca Juga: UMKM Naik Level Lewat Business and Partnership Matching di Festival Lestari

Sepanjang Festival Lestari 5 berlangsung, tepatnya pada 22-25 Juni 2023, sejumlah kerja sama, nota kesepahaman, deklarasi bersama, upaya kemitraan, hingga sumbang aspirasi untuk mendorong pembangunan lestari di Kabupaten Sigi dan wilayah Sulawesi Tengah terjadi.

Anggota masyarakat, baik masyarakat adat, generasi tua, maupun generasi muda, Pemerintah Pusat yang diwakili Kementerian Investasi/BKPM, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Pemerintah Kabupaten Sigi, pelaku usaha, hingga investor dan mitra-mitra LTKL mencari solusi untuk mempercepat penerapan konsep pembangunan lestari.

Bupati Sigi, Mohamad Irwan Lapatta dalam laporannya menyebutkan, selama pelaksanaan festival, tak kurang dari 15 rangkaian acara berhasil digelar.

Acara mulai dari Forum Bisnis dan Inovasi Berbasis Alam, Telusur Komoditas, Kuliner, dan Wisata Lestari, Community Talks, Partnership dan Business Matching untuk para UMKM, Townhall Muda, hingga workshop dan diskusi-diskusi skala kecil. Adapun total peserta mencapai 700 orang.

Pada kegiatan telusur komoditas, peserta dibawa langsung ke daerah-daerah penghasil seperti kakao, kopi, asiri, dan bambu sebagai proses untuk mendapatkan inspirasi dari budaya dan alam sehingga kemitraan dapat dikonkretkan dengan pelaku budidaya.

Anak muda sebagai generasi penerus juga menjadi ujung tombak dari pelaksanaan Festival Lestari 5. Sebanyak 200 orang muda yang berusia 17-35 tahun terlibat sebagai panitia penyelenggaraan festival. Mereka tergabubung dalam berbagai komunitas. 

Sedangkan untuk peserta rangkaian kegiatan, orang muda yang terlibat total mencapai hampir 500 orang, salah satunya dengan kerjasama antara UIN Datokarama dan Pijar Foundation.

Ia mengatakan, terjadi sebuah upaya gotong royong yang nyata untuk mendorong pertumbuhan yang tetap tidak melupakan rahmat dari alam. Capaian kemitraan yang terjadi antara calon mitra dan investor dengan para pelaku usaha mikro, kecil, dan mengengah (UMKM) berbasis komoditas lestari bernilai 22,7 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 350 miliar.

Di antara itu ada pula komitmen investasi dan transkasi senilai 2,7 juta dollar AS atau senilai Rp 40 miliar untuk pengembangan komoditas kakao, kopi, dan minyak asiri.

Raego bermakna terima kasih pada alam dan melambangkan kerja sama. (DOK. National Geographic Indonesia/Joshua Marunduh)

Selama festival itu juga diteken enam nota kesepahaman oleh berbagai stakeholder dan empat  deklarasi komitmen untuk pengembangan investasi. Salah satu kerja sama dan komitmen terkait dengan riset dan inovasi bersama para pihak untuk memperdalam peluang ekonomi di Sulawesi Tengah, tepatnya Kecamatan Gumbasa, Kulawi Selatan dan Kecamatan Palolo.

“Ini membuktikan bahwa Festival Lestari ini tidak semata mempertemukan daerah-daerah yang memiliki visi yang sama dalam konsep pembangunan lestari, lebih dari itu menjadi ajang untuk mempromosikan produk sekaligus menarik investasi,” kata Bupati Irwan.

Karenanya ia berharap, terutama kepada para pejabat di lingkup pemerintahannya agar segera menindaklanjuti berbagai capaian-capaian dan kesepahaman yang terjadi selama festival tersebut.

“Seperti di Kecamatan Palolo untuk pengembangan komoditi vanili, agar segera dikuatkan nota kesepahamannya,” ujarnya.

Menggerakkan ekonomi rakyat

Festival Lestari 5 juga turut menggerakkan ekonomi rakyat. Angka-angka itu menurut Bupati Irwan belum termasuk uang yang beredar selama festival. Ia melaporkan, selama festival berlangsung tidak kurang dari Rp 499 juta uang yang beredar. Dari jumlah itu, sekitar Rp 106 juta beredar di sejumlah lapak UMKM yang berdiri di sekitar festival.

Baca Juga: 25 UMKM dari Kabupaten Anggota LTKL Presentasikan Produk Berbasis Alam di Festival Lestari 5 

Sekitar Rp135 juta beredar di booth yang dibuka oleh para peserta, sedangkan di pedagang kaki lima (PKL) di sekitar kawasan pusat acara festival tercatat mencapai Rp 131 juta, dan pendapatan parkir selama kegiatan mencapai Rp 76 juta.

Selama festival itu juga kata Bupati Irwan, estimasi pengunjung yang datang memeriahkannya mencapai 15.000 orang dan nilai transaksi keseluruhannya mencapai Rp435 juta.

Ia pun menyampaikan terima kasihnya atas dukungan semua pihak sehingga acara tersebut berlangsung dengan lancar dan menghasilkan hal-hal positif guna melanjutkan dan konsisten dengan visi pembangunan lestari.

(Kontributor Foto: Joshua Marunduh/ Teks: Basri Marzuki)