Manusia Purba Hidup Berdampingan dengan Gajah dan Badak Raksasa

By Ricky Jenihansen, Jumat, 30 Juni 2023 | 11:30 WIB
Penemuan fosil jejak kaki di Jerman menunjukkan, Homo heidelbergensis mencari makan dan mandi di tepi danau yang sama dengan gajah dan badak. (University of Tübingen)

Nationalgeographic.co.id—Penemuan fosil jejak kaki berusia 300.000 tahun di Jerman, mengungkapkan kehidupan manusia purba.

Manusia di zaman itu ternyata hidup berdampingan dengan gajah dan badak raksasa zaman prasejarah.

Menurut analisis para arkeolog, fosil jejak kaki itu adalah milik Homo heidelbergensis dewasa dan anak-anak.

Para arkeolog menunjukkan bahwa kerabat manusia ini mencari makan dan bermain di tepi danau tempat binatang prasejarah berkumpul untuk minum.

Di hutan yang menebang pohon birch dan pinus di tempat yang sekarang menjadi Eropa tengah, para arkeolog menjelaskan, kawanan hewan yang sudah lama punah pernah berkumpul untuk minum di tepi danau kuno di sana.

Para arkeolog sekarang telah memastikan bahwa kerabat manusia purba dan anak-anak mereka hidup bersama gajah dan badak prasejarah. Manusia purba Homo heidelbergensis mencari makan dan mandi di antara mereka.

Tiga jejak kaki langka itu diperkirakan berusia 300.000 tahun dari situs fosil Paleolitik Bawah, kira-kira sekitar 3 juta hingga 300.000 tahun lalu di barat laut Jerman.

Spesies manusia purba ini adalah kerabat manusia yang sudah punah, hidup sekitar 700.000 hingga 200.000 tahun yang lalu.

Bukti yang ditemukan menurut para arkeolog, bahwa mereka hidup berdampingan dengan gajah dan badak prasejarah adalah jejak kakinya juga ditemukan di situs tersebut.

Sementara sebuah studi tahun 2018 di jurnal Scientific Reports mendokumentasikan hubungan bertetangga yang serupa. Manusia purba dan binatang prasejarah ternyata di Ethiopia sudah hidup bersama sekitar 700.000 tahun yang lalu.

Ini adalah bukti jejak kaki pertama H. heidelbergensis dari Jerman dan hanya catatan keempat dari jejak kaki spesies tersebut di seluruh dunia.

"Tiga jejak kaki ini mewakili bukti 'langsung' yang signifikan dari kehadiran hominin di situs tersebut," kata Flavio Altamura, seorang arkeolog di University of Tübingen di Jerman.