Nationalgeographic.co.id—Kegagalan pasukan salib dalam sejarah Perang Salib kedua telah menjadi pukulan telak bagi negara-negara Kristen Eropa. Dan sekali lagi, Perang Salib telah merusak hubungan timur-barat, Kekaisaran Bizantium dan negara-negara Kristen Eropa.
Tidak hanya itu, jenderal Shirkuh dari Dinasti Zenkiyah, di bawah kepemimpinan Nur ad-Din menaklukan Mesir pada tahun tahun 1168, aliansi Damaskus dan Aleppo semakin kuat. Keberhasilan peradaban Islam ini dianggap menjadi ancaman yang lebih besar terhadap negara-negara Kristen Eropa.
Setelah kematian Nur Ad-Din, salah satu panglima militernya bernama Salahuddin al-Ayyubi mengambil kesempatan untuk mengonsolidasikan kekuatannya sendiri. Salahuddin al-Ayyubi yang lebih dikenal dengan Saladin kemudian mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
Saladin (memerintah 1169-1193 M) dengan cepat menyatukan Peradaban Islam untuk melawan invasi Kristen Eropa. Dan, pada 4 Juli 1187 dalam Pertempuran Hittin, Saladin yang memimpin Pasukan Muslim berhasil merebut kembali Yerusalem dari Pasukan Salib.
Yerusalem akhirnya kembali ke dalam Peradaban Islam yang dikonsolidasi oleh Saladin. Inilah yang kemudian memicu diserukannya kembali Sejarah Perang Salib Ketiga (1189-1192).
Dalam sejarah Perang Salib Ketiga, pasukan salib dipimpin oleh tiga raja Eropa. oleh karena itu, sejarah Perang Salib ketiga juga dikenal dengan nama lainnya yaitu 'Perang Salib Raja'.
Ketiga pemimpin tersebut adalah: Frederick I Barbarossa, Raja Jerman dan Kaisar Romawi Suci (memerintah 1152-1190 M), Philip II dari Prancis (memerintah 1180-1223 M) dan Richard I 'si Hati Singa' dari Inggris (memerintah 1189 -1199 M).
Terlepas dari silsilah ini, kampanye itu gagal, Kota Suci bahkan tidak pernah diserang. Sepanjang jalan, ada beberapa kemenangan, terutama direbutnya Acre dan pertempuran Arsuf.
Tapi, sejarah Perang Salib tidak seperti yang dikampanyekan. Pasukan Salib runtuh dengan sendirinya.
Pada saat mereka mencapai tujuan mereka, para pemimpin Barat mendapati diri mereka tidak memiliki cukup orang atau sumber daya untuk melawan pasukan Saladin yang masih utuh.
Para raja akhirnya memilih jalan negosiasi dan meminta kompromi kepada Saladin. Negara-negara Kristen Eropa hanya meminta akses peziarah dan dizinkan masuk ke Yerusalem diizinkan. Kemudian umat Kristen dapat berziarah dengan perlindungan di Timur Tengah.
Peradaban Islam tidak keberatan dengan negosiasi dari negara-negara Kristen Eropa tersebut. Namun upaya lain untuk merebut Kota Suci Yerusalem masih terus dilakukan, dan akan menjadi tujuan awal Perang Salib Keempat pada tahun 1202-1204 M.