Hutan Tropis Seluas Lapangan Sepak Bola Hilang tiap Lima Detik

By Utomo Priyambodo, Kamis, 29 Juni 2023 | 13:00 WIB
Salah satu penampakan deforestasi atau penggundulan hutan di Kalimantan. Laporan global terbaru, hutan tropis seluas lapangan sepak bola hilang setiap lima detik sepanjang tahun lalu. (IndoMet in the Heart of Borneo/Flickr)

Pemerintahan Bolsonaro memusnahkan kebijakan lingkungan, menutup mata terhadap deforestasi ilegal, dan melemahkan perlindungan hak-hak masyarakat adat yang secara terbukti menjadi penjaga hutan yang sehat secara efektif.

Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, yang dilantik pada awal tahun ini, telah berjanji untuk mengakhiri deforestasi di Amazon Brasil pada tahun 2030. Namun, jelas dia akan menghadapi banyak tantangan dalam melakukannya, kata para ahli.

Para ilmuwan khawatir bahwa kombinasi perubahan iklim dan penggundulan hutan dapat memicu percepatan transisi lembah Amazon dari hutan tropis ke sabana. Perubahan ini dapat sangat mengganggu cuaca tidak hanya di Amerika Selatan, tetapi juga di seluruh dunia.

Sekitar 90 miliar ton karbon dioksida disimpan di hutan lembah Amazon. Angka ini dua kali total emisi tahunan dunia dari semua sumber.

“Menghentikan dan memulihkan hilangnya hutan adalah salah satu opsi mitigasi yang paling hemat biaya yang tersedia bagi kita saat ini,” kata Frances Seymour, rekan senior terkemuka untuk hutan di WRI.

Tingkat deforestasi atau penggundulan hutan global sepanjang tahun 2022 merupakan yang tertinggi keempat selama 20 tahun terakhir. (Kathas_Fotos/Pixabay)

Tingkat kehilangan hutan primer yang tinggi juga berlanjut di Republik Demokratik Kongo (DRC). Negara itu yang mengalami kerusakan lebih dari setengah juta hektar pada tahun 2022, kata laporan WRI tersebut.

Tidak seperti di Brasil, pendorong utamanya adalah pertanian subsisten dan produksi arang skala kecil yang dibuat dengan memotong dan membakar kayu, cerminan dari kemiskinan negara tersebut.

Di Konga, lebih dari 80 persen populasinya kekurangan listrik. Perjanjian setengah miliar dolar AS yang ditandatangani oleh DRC pada tahun 2021 untuk melindungi hutannya telah dirusak oleh lelang izin eksplorasi minyak dan gas baru-baru ini.

Pemerintah juga mengindikasikan akan mencabut moratorium konsesi penebangan baru.

Bolivia, sementara itu, mengalami kehilangan hutan primer terbesar ketiga (hampir 4.000 kilometer persegi) sepanjang tahun 2022. Pada tahun lalu, terjadi peningkatan laju deforestasi sebesar 32 persen di Bolivia dibandingkan tahun 2021.

“Sebagian besar kehilangan terjadi di dalam kawasan lindung, yang mencakup tambalan terakhir hutan primer di negara ini,” kata laporan Global Forest Watch.