Mitologi Yunani: Kisah Dewi Eos yang Dikutuk Selalu Jatuh Cinta pada Manusia

By Sysilia Tanhati, Kamis, 29 Juni 2023 | 15:00 WIB
Eos adalah dewi fajar dalam mitologi Yunani. Bersama Helios saudaranya, keduanya mengumumkan datangnya hari pada dewa dan manusia. (Guercino)

Setelah Antilochus meninggal, Eos menangis dan air matanya jatuh ke bumi seperti embun. Zeus merasa iba setelah melihat kesedihan Eos dan menjadikan Memnon abadi.

Tidak seperti kebanyakan kerabatnya, Eos tidak memiliki tempat penyembahan khusus. Namun, dia digambarkan di beberapa situs keagamaan.

Lukisan Eos yang membawa pergi Cephalus ditemukan di singgasana di Sanctuary of the Graces di Laconia. Hal itu disebutkan oleh Pausanias dalam karyanya Description of Greece.

Di Eleia (Elis), di samping Tempat Suci Hippodameia, ada patung Eos dan Thetis yang memohon belas kasihan Zeus untuk putra mereka.

Eos juga memiliki Orphic Hymn yang didedikasikan untuknya. Di sana dia digambarkan sebagai “diberkati dan murni”. Himne selanjutnya menyebutkan bahwa dia memimpin pria untuk bekerja dan bahwa mereka menyukainya.

Sebutan 221 Eos adalah nama yang diberikan untuk asteroid sabuk utama dan keluarga asteroid. Asteroid itu ditemukan pada tahun 1882 oleh Johann Palisa (1848-1925), seorang astronom Austria, dan diberi nama untuk menghormati Eos.

Meskipun Eos dianggap sebagai dewi yang tidak penting, ia telah mengilhami para penulis dan seniman selama bertahun-tahun. Dalam seni Yunani kuno, Eos digambarkan sebagai ibu yang berduka sekaligus penggoda.

Eos dan mitranya dari Romawi, Aurora, terus menginspirasi para seniman selama Renaisans dan seterusnya. Mereka adalah subjek dari tiga lukisan: Cephalus dan Aurora oleh seniman Prancis Nicolas Poussin (1594-1665), Aurora oleh seniman barok Italia Guido Reni (1575-1642), dan Aurora oleh pelukis rococo Prancis Jean-Honore Fragonard (1732-1806).