Masuki Tahap Akhir Peserta Kompetisi Batik Lasem Unjuk Karya Sarat Cerita

By Agni Malagina, Jumat, 30 Juni 2023 | 07:00 WIB
Salah satu karya peserta kompetisi desain motif batik Lasem dengan menggunakan warisan budaya Lasem sebagai inspirasi penciptaan karya. (Sigit Pamungkas)

Nationalgeographic.co.id—Kartini Bangun Negeri (KABARI) dari Rembang, gagasan dari Bank Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Lasem Heritage,  diresmikan pada 25 Oktober 2022. Keduanya berkomitmen dalam pelestarian batik Lasem dan pengembangan batik sebagai produk ekonomi kreatif unggulan berbasis komunitas.

Rangkaian kegiatan Kompetisi Desain Motif Batik Lasem 2023 (5 April–6 Juli) yang digelar oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Tengah dan Yayasan Lasem Heritage kini memasuki tahap akhir sebelum penjurian final.

Karya peserta/kelompok yang masuk 6 besar ditampilkan pada Instragram akun @kabaridarirembang untuk mendapatkan ‘like’ dari warganet. Bagi peserta/kelompok yang memperoleh ‘like’ terbanyak akan mendapat insentif hadiah Juara Favorit pilihan warganet.

Nominator pertama yaitu Dessy Riana dari Yogyakarta membuat desain motif batik bernuansa warna merah. Desain batik ini berjudul Batik Ragi Tumurun.

"Ragi Tumurun" artinya turun-temurun atau diwariskan dari generasi ke generasi. Makna ini menggambarkan warisan budaya Jalur Rempah dan kehidupan multi etnis yang terus dijaga, dilestarikan dan diwariskan hingga saat ini.

Konsep desain “Ragi Tumurun” mencakup motif-motif yang khas dari budaya Jawa, Arab, Tionghoa, dan Eropa.

Beberapa motif diantaranya, motif bunga-bunga, kawung, burung hong, dan ornamen Eropa digabungkan dengan gambar-gambar rempah seperti cengkih, kayu manis, dan pala.

Nominator kedua yaitu kelompok Gantari dari Lasem yang mengangkat judul “Merak Ngigel Reborn”.

Gagasannya berasal dari sebuah artikel De Batik kunts, De Sumatra Post 30 Juli 1900. Surat kabar itu menyebutkan Lasem memiliki sarung dengan motif yang diberi nama Dancing Phoenix ‘Merak Ngigel’ atau Merak Menari.

Burung Hong atau Phoenix dalam kebudayaan Tionghoa menjadi representasi kekuatan Yin, penyeimbang kekuatan Yang yang hadir dalam bentuk ragam hias Naga.

Koleksi batik ini terinspirasi dari topik warisan budaya dan sejarah panjang Lasem yang terkait dengan julukan Lasem sebagai ‘Petit Chionois’ atau Tiongkok Kecil sejak tahun 1800an.

Demikian pula Lasem pada tahun 1860 hingga 1930 menjadi kota industri batik terbesar di Hindia Belanda bersama Solo dan Pekalongan.