Perempuan, Anak, dan Masyarakat Adat Berperan dalam Pembangunan Lestari di Kabupaten Sigi

By Sheila Respati, Jumat, 30 Juni 2023 | 16:11 WIB
Nara sumber berfoto Bersama para peserta usai Community Talks Festival Lestari ke-5 di Kabupaten Sigi, Minggu (25/6/2023). (DOK. National Geographic Indonesia/Basri Marzuki)

Kendala lainnya adalah koordinasi antar lembaga pendamping. Fiani menjelaskan,  pendampingan tidak hanya dilakukan oleh Yayasan Sikola Mombine, tetapi juga organisasi nonpemerintah (NGO) lain.

“Kami berharap terjadi koordinasi yang baik antar lembaga sehingga pendampingan yang dilakukan dapat sejalan,” harap Fiani.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Sigi, Andi Ulfa mengatakan, kondisi geografis Kabupaten Sigi yang 74 persen wilayahnya berupa kawasan konservasi atau hutan lindung, sangat membatasi pihaknya untuk dapat menjangkau semua masyarakat.

Oleh karena itu, ia bersyukur dengan adanya kehadiran NGO pendamping. Kehadiran mereka dirasa sangat membantu kerja dinasnya.

“Terutama kasus-kasus kekerasan pada anak. Sejauh ini tidak banyak laporan, tetapi bukan berarti tidak ada. Tidak ada kasus karena kemungkinan tidak dilaporkan,” sebut Andi Ulfa.

Andi Ulfa juga menyinggung status Kabupaten Layak Anak (KLA) dengan predikat Pratama yang sudah disandang Kabupaten Sigi.

“Predikat itu bukan fokus utamanya, tapi yang terpenting adalah bagaimana anak-anak kita dapat terlindungi, bisa bermain, dan menjadi generasi lestari,” jelasnya.

Menurutnya, sosialiasi tentang perlindungan perempuan dan anak harus terus dilaksanakan.

Baca Juga: UMKM Naik Level Lewat Business and Partnership Matching di Festival Lestari

Tasya yang mewakili anak-anak dari Forum Anak Desa Uwemanje, Kabupaten Sigi pun menyatakan harapannya untuk menjadi bagian dari generasi lestari untuk menjamin keberlangsungan mereka di masa datang.

“Kami adalah generasi yang akan melanjutkan pembangunan ke depan. Kalau dari sekarang kami tidak dibekali dengan Pendidikan atau wawasan tenang lingkungan yang lesgtari, bagaimana bisa kami disebut sebagai generasi lestari,” paparnya

Tasya berharap, terjadi pemerataan informasi yang juga menjangkau desa-desa di pelosok dimana ia berdiam. Tak itu saja, Tasya juga berharap ada pemerataan sarana atau infrastruktur sehingga tidak ada wilayah yang terisolasi.

(Kontributor foto dan teks: Basri Marzuki)