Mitos Kutukan Menyelimuti Sejarah Kapal Titanic yang Karam hingga Kini

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 6 Juli 2023 | 07:00 WIB
Sejarah kapal Titanic dipenuhi dengan mitos kutukan yang dinilai masih lestari hingga ini. Sejak Titan tenggelam awal Juni 2023, seolah kutukan itu masih ada dan menunggu siapapun yang mendatanginya. (MR1805)

Mitos keangkuhan ini sering dihubungkan pada kesalah mencolok dalam kesediaan sekoci pada kapal Titanic. Kapal itu memiliki kapasitas untuk mengangkut lebih dari 3.500 orang, tetapi sekoci yang tersedia hanya untuk sekitar 33 persen dari penumpangnya.

Banyak yang berpendapat, itu adalah bukti keangkuhan akan rasa aman dari tenggelam. Para ahli lebih menyarankan, minimnya ketersediaan sekoci di Titanic adalah kesalahan teknis yang sudah ada sejak awal sebelum keberangkatan.

Hal itu diungkapkan oleh Arthur Rostron, kapten kapal penyelamat Carpathia dan korban tragedi tersebut. Dalam catatan "Home from the Sea" tahun 1931, ia mencatat: 

"Hampir tidak ada gunanya memikirkan bahwa jika ada cukup perahu malam itu… setiap jiwa di dalamnya dapat diselamatkan, karena dua setengah jam setelah dia menyerang dia memiringkan buritannya yang besar ke langit, dan tenggelam kepalanya, membawa bersamanya segala hal yang tidak disiapkan."

Purser Hugh Walter McElroy dan Captain Edward J. Smith di atas Titanic. (Ralph White/Corbis/Getty Images via History.com)

Kesalahan manusia lainnya adalah ketika Titanic mendapat peringatan dini adanya gunung es. Kapal itu bergerak dengan kecepatan tinggi, dan tidak menguranginya walau peringatan dini berbunyi. Kapten kapal tampaknya terlalu percaya pada kekuatan Titanic untuk menahan dampak tabrakan. Kesalahan perhitungan inilah yang menyebabkan tragedi mengerikan itu.

Mitos yang terselimut dari sejarah kapal Titanic adalah kisahnya keberuntungan dan firasat penumpang. Cerita pertama adalah salah satu penumpang bernama J.P Morgan yang sangat kaya raya. Dia telah memesan suit kapal Titanic, tetapi membatalkan perjalanannya di menit-menit terakhir karena merasa tidak nyaman.

Ada pula Charles Joughin, juru dapur kapal Titanic yang menjadi korban selamat. Diceritakan ia banyak minum wiski di malam jelang bencana. Beberapa kalangan berpendapat, ia selamat karena alkohol membuatnya tetap hangat di air yang beku. Kalangan lainnya justru memandang, Joughin selamat karena dirinya berjuang melawan alkoholisme selama sisa hidupnya.

Puing kapal Titanic. (Citra Anastasia)

Terakhir, perancang Thomas Andrews yang merancang kapal, terkenal ketika Titanic tenggelam. Dia tidak selamat. Namun Walter Lord, sejarawan AS, mengatakan Andrew berada di ruang merokok kelas satu sambil menatap lukisan Titanic berjudul 'Approach to the New World' karya Norman Wilkinson.

Banyak yang memandang, Andrews meratapi nasib kapal dan mengetahui akan tenggelam. Walter Lord salah menggambarkan situasinya karena lukisan itu bertemakan Titanic yang tiba di pelabuhan New York. Meski demikian, pandangan ini menguatkan narasi tentang Andrews yang berada di ruang merokok hingga akhir hayatnya.

Mitos tentang apa yang terjadi di balik sejarah kapal Titanic terus memikat perhatian hari ini. Mungkin itulah yang menyebabkan banyak wisatawan berkunjung ke tempat karamnya, walau keluarga korban melarang karena seharusnya menjadi tempat ziarah.

Kini, kapal Titanic seperti mengundang tragedi baru dengan tenggelam tanpa muncul kembalinya Titan. Seolah, kutukan kapal lebih dari seabad itu masih ada dan menanti korban baru.