Jaraknya Dekat ke Matahari, Kenapa Gunung Lebih Dingin dari Pantai?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 7 Juli 2023 | 14:00 WIB
Ketika mendaki gunung, kenakan pakaian yang tertutup agar tidak kedinginan. Suhu di dataran tinggi menjadi dingin karena tekanan udaranya rendah. (Freepik)

Nationalgeographic.co.id—Anda tentunya pernah pelesiran ke gunung dan laut. Pastinya juga, Anda pernah enggan berlibur di salah satu atau keduanya karena alasan suhu. Ketika ke gunung dengan kondisi tidak siap, setidaknya di dalam hati, mengeluh karena suhunya dingin. Hal yang sama ketika ke pantai, Anda akan mengeluh betapa panasnya suhu di sana.

Tentunya, tidak pernah terlewatkan juga dalam benak Anda, "mengapa gunung bisa lebih dingin daripada dataran rendah, sedangkan posisinya berada lebih dekat ke langit—tempat matahari berada?".

Jawabannya adalah karena tekanan udara berpengaruh pada suhu permukaan. Penjelasan sederhananya, udara mungkin tidak terlihat bentuknya di langit, tetapi di setiap tingginya punya kerapatan berbeda-beda.

Tengoklah pada ban kendaraan Anda. Ban akan lebih kuat ketika sudah dipenuhi dengan molekul udara. Molekulnya mengisi setiap ruang kosong yang ada pada ban. Ketika semakin penuh, ban akan mengembang karena disesaki oleh kerapatan molekul udara.

Pada saat ban sudah terisi penuh, kepadatan udaranya lebih tinggi daripada molekul di luar. Artinya, kerapatan udara di dalam ban tinggi daripada udara di sekitar. 

Begitu juga dengan udara di sekitar kita. Mereka mengisi ruang-ruang kosong, berpindah dari tempat yang sudah padat. Ini juga yang memicu kenapa ada siklus cuaca, karena awan terbawa oleh angin bertekanan padat ke tempat-tempat tertentu, sampai akhirnya ada terjadi hujan lebat atau kondisi kering.

Tekanan udara itu bervariasi setiap harinya di permukaan Bumi. Perbedaan ini disebabkan, tidak semua permukaan Bumi sama panasnya. Ada juga pengaruh panas matahari yang tentunya berpengaruh pada arah penyebaran udara di seluruh belahan dunia.

Daerah dengan udara hangat, biasanya punya tekanan udaranya lebih rendah karena udara hangatnya naik ke atas (area sistem tekanan rendah). Begitu juga sebaliknya, pada tempat dengan udara dingin, biasanya punya tekanan udara lebih tinggi (area sistem tekanan tinggi).

Perbedaan ini, kemudian ditambah sifat udara yang bergerak mengisi perbedaan tekanan, menyebabkan berbagai siklus yang berpengaruh pada cuaca. Contohnya, siklus El Nino dan La Nina, serta dipol Samudra Hindia.

Perpindahan udara juga terpengaruh oleh gravitasi Bumi. Inilah yang menyebabkan udara punya tekanan di angkasa. Kita tidak terlalu merasakan tekanan ini, karena tubuh punya daya untuk mendorong tekanan yang jumlahnya sama.

Ketika bermain ke pantai, wisatawan lebih banyak berjemur. Tekanan udaranya padat, sehingga menyebabkan panas yang bisa mencoklatkan kulit. (Editor)

Semakin jauh dari pusat bumi, gaya gravitasi semakin melemah. Tekanan udara pun berbeda-beda di setiap ketinggiannya. Di kawasan rendah, seperti pantai dan perkotaan, memiliki tekanan udara tinggi. Sebaliknya, di dataran tinggi seperti gunung dan perbukitan, tekanan udaranya rendah.

Perbedaan ini menghasilkan perbedaan suhu di masing-masing tempat. Di gunung, walau posisinya tinggi, lebih dekat ke langit yang merupakan tempat pertama kali terpapar sinar matahari, suhunya lebih dingin.

Kondisi inilah yang menyebabkan pendakian gunung di puncak-puncak tertinggi dunia, harus pandai mengatur oksigen, kalau perlu membawa tabung oksigen. Partikel oksigen yang ada pada udara dataran tinggi sangat rendah.

Sementara di pantai dan perkotaan, lebih panas karena tingginya tekanan udara. Karena gravitasi tadi, udara pun bisa turun ke permukaan Bumi yang lebih rendah, sehingga di pantai dan perkotaan lebih padat tekanannya. 

Embun es di Dieng. Ketika musim kemarau, Dieng mengalami suhu paling dingin, karena tekanan udara di dataran tinggi lebih rendah. ((KOMPAS.com/DOK UPT PENGELOLAAN OBYEK WISATA BANJARNEGARA))

Alasan yang sama ketika Anda melihat awan dalam proses hidrologi. Awan yang biasanya terbentuk di atmosfer, perlahan-lahan turun karena terbawa angin atau karena bobotnya yang semakin berat.

Ketika semakin berat, awan menghasilkan hujan yang sering turun ke dataran yang lebih rendah. Anda yang tinggal di Jakarta akan menyadari, hujan sering turun dari awan yang muncul dari arah dataran tinggi Bogor. Bagi yang tinggal di Yogyakarta, Anda juga melihat kasus yang sama ketika awan dari Gunung Merapi menuruni lereng, kemudian menghujani kota.

Selain itu, dengan sedikitnya udara yang tersedia di dataran tinggi, energi kinetiknya juga rendah. Energi kinetik bisa dihasilkan oleh molekul apa pun, termasuk udara. Jika ada banyak molekul yang bergerak, menyebabkan energi kinetik yang panas.

Pengibaratan sederhananya tentang energi kinetik yang menghasilkan panas, adalah dengan kedua tangan. Tangan kita seperti molekul. Ketika digosok satu sama lain, suhu panas akan muncul di telapak tangan kita. Inilah yang disebut dengan energi kinetik.

Bayangkan, ada banyak tangan orang yang menggosokkan tangan, lalu mengitari Anda. Tentu suasananya jadi lebih hangat. Alasan yang sama mengapa saat di gunung, seseorang yang terkena serangan hipotermia harus dikelilingi banyak orang, dan perlu menggosokkan tangan.