Saat Musim Kemarau yang Panas, Kok Dataran Tinggi Jadi Lebih Dingin?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 10 Juli 2023 | 16:00 WIB
Kabut menyelimuti Pegunungan Meratus. Di musim kemarau, suhu di dataran tinggi menjadi lebih dingin. Berbeda dengan dataran rendah yang sedang panas-panasnya. (Yunaidi Joepoet)

Nationalgeographic.co.id—Pertengahan tahun adalah masa bagi Indonesia mengalami musim kemarau. Alih-alih sebagai musim di mana hujan turun sedikit dan suhunya panas, dataran tinggi atau pegunungan justru suhunya jadi lebih dingin.

Bahkan, di Dieng yang dijuluki 'negeri di atas awan' embunnya bisa menjadi es, dengan suhu yang mencapai di bawah nol derajat celsius. Hal itu membuat Dieng menjadi kawasan terdingin di Indonesia pada tahun 2019.

Tentu, Dieng Culture Festival yang diadakan tahunannya diadakan di musim kemarau, membuat para wisatawan bisa merasakan fenomena ini.

Alam kita dipenuhi dengan sistem yang unik untuk membuat perbedaan cuaca dan musim. Sistem ini membuat Bumi memiliki tempat terpanas dan terdingin yang salah satunya disebabkan oleh tekanan udara.

Tekanan udara menyebabkan suhu di dataran tinggi lebih sejuk daripada di dataran rendah. Tekanan udara di dataran rendah seperti pesisir dan perkotaan lebih tinggi. Sebab, partikel udara yang tidak bisa kita lihat, dipengaruhi oleh gravitasi.

Sebaliknya tekanan udara lebih rendah di dataran tinggi seperti Dieng, Tretes, Ruteng, dan berbagai puncak gunung. Rendahnya partikel udara di dataran tinggi menyebabkan energi kinetik yang bisa menciptakan panas lebih sedikit terjadi. Singkatnya, inilah yang menyebabkan suhu di dataran tinggi lebih sejuk daripada di dataran rendah.

Dalam artikel sebelumnya, angin monsun Australia (disebut juga sebagai angin muson timur) menyebabkan musim kemarau. Daerah Australia yang cenderung kering, menyebabkan sedikitnya penguapan air. Berbeda dengan muson barat, ketika udara memiliki kandungan air yang lebih banyak dari penguapan di belahan bumi utara.

Melansir Kompas.com Agustus 2019, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam pengamatan Air Weather Station (AWS) mengungkapkan, pergantian musim dari musim hujan ke kemarau memicu intrusi kering (dry intrusion) dari Australia ke selatan Indonesia.

Intrusi kering di selatan Indonesia ini membuat suhu lebih dingin ketika langit cerah. Tempat-tempat yang merasakannya termasuk Dieng, Tretes, Ruteng, dan Bajawa. Bahkan, Cilacap di dataran rendah pun dilaporkan mengalami suhu terdinginnya di tahun 2019, akibat intrusi kering ini.

Kabut dan embun es

Planet bumi berada di titik dinginnya ketika menghadapi malam, di mana panas matahari tidak sampai dan langit menghadap ke arah luar tata surya.

Suhu dingin pada udara menyebabkan molekul-molekul uap air yang tersebar di angkasa menjadi lebih padat sebagai cair. Hanya saja, massa molekul ini masih ringan untuk bisa jatuh ke permukaan, dan menjadi kabut. Pada dasarnya, kabut adalah awan yang menyentuh daratan, tetapi lebih mudah tersapu angin.