Keberadaan mereka tanpa penghargaan dari manusia tidak akan dapat ditolerir, dan Zeus, sebagai penguasa dunia, tidak dapat membiarkan hal itu terjadi.
Tapi Demeter tidak akan berhenti meluapkan amarahnya karena kehilangan putrinya. Dia tidak akan pergi ke Olympus, rumah para dewa, dan dia tidak akan membiarkan buah tumbuh di bumi sampai dia melihat Persephone lagi.
Zeus terpaksa mengalah dan mengirim utusan Hermes ke Dunia Bawah untuk mendapatkan gadis itu kembali. Namun, saat dia pergi, Hades membujuknya untuk memakan biji delima untuk mencegahnya tinggal bersama ibunya di atas bumi sepanjang hari.
Oleh karena itu, Persephone terpaksa menghabiskan sepertiga dari setiap tahun di bawah bumi bersama Hades, dan dua pertiga dengan ibunya dan komunitas para dewa di Gunung Olympus.
Transisi ini sangat bertolak belakang. Di satu sisi yaitu Persephone dari dunia feminim di padang rumput berbunga. Di sisi lain Persephone di dunia Hades yang dieksploitasi seksual tak henti-hentinya.
Dalam puisi itu, dewa laki-laki yang melakukan perbuatan itu, Zeus dan Hades, tidak memiliki fitur penebusan apa pun.
Mereka benar-benar tidak diterima oleh kekuatan cinta Demeter untuk putrinya. Narasi utama puisi memiliki beberapa kesamaan dengan respons Achilles terhadap hilangnya Patroclus di Iliad.
Akan tetapi kemarahan Demeter bersifat universal, dengan semacam kekuatan keibuan kosmik di dalamnya. Jika tidak dihentikan, kemarahan Demeter sudah pasti akan menghancurkan Bumi dan seluruh isinya.