Apa Penyebab Flora dan Fauna di Barat dan Timur Indonesia Berbeda?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 11 Juli 2023 | 13:00 WIB
Impresi seniman tentang hewan prasejarah dari Nombe Rockshelter, Papua Nugini. Keanekargaman hayati di kepulauan Indonesia, Papua Nugini, Filipina, disebabkan oleh iklim, pergerakan lempeng, dan cara beradaptasi setiap spesies menghadapi dunia tropis. (Peter Shouten)

"Konteks historis sangat penting untuk memahami pola distribusi keanekaragaman hayati yang diamati saat ini dan merupakan bagian teka-teki yang hilang dalam menjelaskan teka-teki Garis Wallace," kkata Alexander Skeels, penulis utama studi dari  Ecosystems and Landscape Evolution, Institute of Terrestrial Ecosystems, ETH Zurich, Swiss, dikutip dari rilis.

Jutaan tahun lalu, kondisi lingkungan sangat berbeda dan sangat menentukan pertukaran keanekaragaman hayati. Para peneliti telah membuat simulasinya dalam makalah. Mereka melihat bahwa hewan dari Asia lebih mungkin "melompat" melintasi kepulauan di Indonesia untuk mencapai Papua dan Australia utara.

Iklim tropis membuat mereka nyaman dan segera beradaptasi. Berbeda dengan satwa liar Australia yang berevolusi dengan iklim yang lebih dingin, tetapi dari waktu ke waktu menjadi kering. Akibatnya, fauna dari Australia kurang berhasil melompat ke kepulauan tropis.

Kanguru pohon dari Australia juga hadir di Papua, Indonesia. Keberadaannya menandakan adanya perpindahan di masa silam ketika kepulauan Indonesia tercipta akibat pendekatan benua Australia dan Asia. (Tim Williams/Flickr)

Dampak lainnya dari pertemuan fauna dari dua benua adalah kompetisi di alam liar. Spesies yang berevolusi di habitat tropis, memungkinkan mereka melakukan kompetisi kehidupan ketika berdampingan dengan spesies lain. Spesies Australia sangat sulit karena mereka tinggal di iklim yang keras. Mereka harus mengatasi adaptasi tekanan kekeringan dan panas.

Dari temuan ini, para peneliti memahami bagaimana spesies invasif dalam pertukaran spesies antarbenua bisa terjadi. Kecepatannya akan sangat mengkhawatirkan, terutama ketika manusia memindahkan hewan dan tumbuhan. Spesies invasif yang dibawa manusia ke benua lain, bisa membahayakan flora dan fauna yang sudah ada.

"Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pertukaran dalam waktu yang lama penting untuk memahami mengapa spesies dapat menjadi invasif dalam skala waktu yang lebih baru," kata Skeels.

"Dalam krisis keanekaragaman hayati saat ini, ini dapat membantu kita menilai dengan lebih baik konsekuensi dari invasi yang disebabkan oleh manusia," lanjutnya.

#SayaPilihBumi