Guhin: Kasta Terendah dalam Daftar Tengu Mitologi Kekaisaran Jepang

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 12 Juli 2023 | 08:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi (Public Dommain/Wikimedia Commons)

Guhin diidentikkan dengan pemujaan gunung sangakushigo dan dewa-dewa cerita rakyat kuno yang berasal dari Jepang sebelum agama Buddha diperkenalkan dari Korea.

Meminjam istilah Shakespeare, guhin adalah dewa-dewi hari kerja. Keberadaan mereka terjalin erat dengan kehidupan manusia, dan mereka ada di bumi, bukan di alam surga.

Mereka dikatakan sebagai pelayan kami gunung. Tugas utama mereka adalah untuk menginspirasi manusia dengan rasa takut dan kekaguman terhadap alam gunung.

Guhin dikatakan sering menyebabkan seseorang yang berada di hutan mendengar suara keras pohon ambruk, meskipun tidak benar-benar terjadi robohnya pohon. 

Mereka juga menjahili manusia dengan membuat hujan kerikil yang dilemparkan dari tempat yang misterius. Belum cukup, mereka juga membuat suara cekikikan atau cahaya misterius yang melayang di dalam hutan.

Dalam koleksi Sanshu Kidan (1764), diceritakan tentang seorang pria yang mengembara jauh ke dalam pegunungan. Ketika sedang mengumpulkan dedaunan, ia diserang badai hujan es yang terjadi secara tiba-tiba dan ganas.

Melihat kejadian aneh tersebut, sontak pria itu melarikan diri ke sebuah desa. Penduduk desa mengatakan kepada sang pria bahwa hutan itu dihuni oleh guhin. Konon, siapa pun yang berani mengambil satu daun di hutan itu, maka ia akan mati.

Selain kisah tersebut, tidak ada catatan tentang guhin yang menyebabkan kematian pada manusia. Mereka tidak memiliki kekuatan ilahi seperti dai dan kotengu. Namun, mereka tetaplah makhluk gaib.

“Dikatakan jika Anda tidak mengindahkan peringatan guhin dan dengan ceroboh merusak alam, mereka masih bisa membawa bencana bagi keluarga manusia,” jelas Zack.

Guhin Mochi

Penting bagi mereka yang bekerja di pegunungan dan hutan seperti penebang kayu untuk menjaga hubungan baik dengan guhin. Mereka mengadakan festival untuk mempersembahkan kue beras mochi yang dianggap sebagai makanan favorit para guhin.

Sozan Chomon Kishu (1849), mencatat kebiasaan di provinsi Mino yang disebut Guhin Mochi. Guhin Mochi merupakan mochi yang diletakkan di hutan untuk menenangkan para guhin di pegunungan, dan di tempat-tempat seperti Gifu dan Nagano. Hingga saat ini ritual dan festival tersebut masih dipertahankan.

Sankidai Gongen dari Gunung Misen

Kebalikan dari kebanyakan legenda guhin, di bagian barat prefektur Hiroshima, guhin justru dianggap sebagai tengu yang paling tinggi.

Menurut legenda setempat, sesosok guhin bernama Sankidai Gongen tinggal di Gunung Misen di kuil Miyajima. “Ini adalah kami utama sekte pemuja tengu lokal dari Buddhisme Shingon,” jelas Zack.

Di hutan Ujina, konon ada aturan bahwa tidak boleh ada satu daun pun yang ditebang dan hanya pohon yang sudah mati yang boleh dipanen.