Menilik Praktik Homoseksual dalam Samurai Kekaisaran Jepang

By Hanny Nur Fadhilah, Rabu, 12 Juli 2023 | 13:00 WIB
Samurai Kekaisaran Jepang berpikiran terbuka dengan hubungan seksual sesama jenis. (The pink news)

Nationalgeographic.co.id—Samurai Kekaisaran Jepang adalah pejuang legendaris dan mungkin kelas orang paling terkenal di Jepang kuno. Mereka adalah pejuang mulia yang melawan kejahatan dengan pedang dan baju besi yang menakutkan.

Mereka mengikuti kode moral ketat yang mengatur seluruh hidup mereka. Istilah samurai awalnya digunakan untuk menunjukkan prajurit aristokrat (bushi), namun istilah ini berlaku untuk semua anggota kelas prajurit yang naik ke tampuk kekuasaan pada abad ke-12 dan mendominasi pemerintah Jepang hingga Restorasi Meiji pada tahun 1868.

Samurai telah dipandang sebagai representasi budaya dari estetika Jepang dan nilai-nilai sosial. Pada kenyataannya, ada lebih banyak hal tentang Samurai. Satu hal yang menarik, samurai juga berkaitan dengan fenomena praktik homoseksual. Seperti apa? Berikut faktanya.

Samurai Wanita Kekaisaran Jepang 

Samurai adalah istilah yang sangat maskulin, namun bukan hanya untuk pria samurai juga menampilkan wanita yang menerima pelatihan serupa dalam seni bela diri dan strategi.

Para wanita pemberani ini disebut Onna-Bugeisha, dan mereka dikenal berpartisipasi dalam perkelahian bersama rekan pria. Mereka membawa naginata, sebuah tombak dengan bilah melengkung seperti pedang yang serbaguna, namun relatif ringan.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa wanita Jepang lebih sering berpartisipasi dalam pertempuran daripada yang ditunjukkan oleh buku-buku sejarah.

Ketika sisa-sisa dari situs Pertempuran Senbon Matsubaru pada tahun 1580 diuji DNA, 35 dari 105 mayat adalah perempuan. Penelitian di situs lain telah menghasilkan hasil yang serupa. 

Homoseksualitas

Tidak banyak orang yang tahu bahwa samurai sangat berpikiran terbuka dalam hal hubungan seksual. Sama seperti Spartan Yunani, budaya prajurit lainnya, samurai tidak hanya menerima kehadiran hubungan sesama jenis dalam budaya mereka, namun mereka secara aktif mendorongnya.

Hubungan ini umumnya terbentuk antara samurai berpengalaman dan pemuda pria yang dia latih (sekali lagi, sangat mirip dengan Spartan). Praktik itu dikenal sebagai wakashudo.

Faktanya, wakashudo adalah hal yang biasa sehingga seorang daimyo mungkin akan menghadapi beberapa pertanyaan yang memalukan jika dia tidak terlibat di dalamnya.