Perubahan Iklim Akan Memicu Terbukanya Sungai Langit di Asia Timur

By Ricky Jenihansen, Minggu, 16 Juli 2023 | 15:00 WIB
Sungai langit terbentuk karena dipicu pemanasan global yang disebabkan oleh perubahan iklim. (Getty Creative)

Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim telah membawa kita semakin dekat ke krisis iklim yang berdampak pada sistem cuaca global, mengubah suhu, curah hujan, pola angin dan banyak lagi.

Singkatnya, perubahan iklim telah menjadi masalah global dengan komitmen iklim di seluruh dunia.

Salah satu isu mendesak yang mungkin makin mendekat dan harus diantisipasi, yaitu proyeksi kemungkinan banjir di bagian pegunungan Asia Timur di masa depan.

Para ilmuwan di Jepang telah mengungkap proyeksi terbukanya "sungai langit" di Asia Timur yang mengancam.

Hasil penelitian tersebut telah dijelaskan di Geophysical Research Letters yang merupakan jurnal akses terbuka. Jurnal tersebut dipublikasikan dengan judul "Atmospheric Rivers Bring More Frequent and Intense Extreme Rainfall Events Over East Asia Under Global Warming."

Dijelaskan, bahwa hujan deras akan dibawa oleh aliran awan seperti sungai di atmosfer yang disebut dengan sungai langit. Istilah tersebut merujuk pada koridor sempit dengan kelembapan pekat di atmosfer.

Sungai langit ini dapat dengan cepat menyebabkan banjir saat menabrak penghalang seperti pegunungan, melepaskan air dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Menurut model proyeksi para peneliti, peristiwa curah hujan di Asia Timur akan lebih sering dan lebih parah dalam beberapa dekade mendatang saat planet ini menghangat.

Beberapa bagian Asia Timur saat ini mulai sering mengalami curah hujan yang sangat tinggi selama dekade terakhir. Sungai-sungai langit di atmosfer yang intens berkontribusi secara signifikan terhadap peristiwa ini.

Pegunungan Alpen Jepang akan menjadi yang paling terdampak sungai langit. (ChanwitOhm)

Lebih banyak air akan diangkut melalui udara, dan lebih banyak curah hujan akan mendarat di tanah. Terutama di bagian pegunungan Asia Timur dan wilayah di sekitarnya jelas terancam.

“Kami menemukan bahwa perjalanan uap air yang berhubungan dengan sungai di atmosfer dan curah hujan, (telah) meningkat di lereng selatan dan barat pegunungan di Asia Timur dalam iklim yang lebih hangat,” tulis para peneliti dalam jurnal yang diterbitkan.