Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim telah membawa kita semakin dekat ke krisis iklim yang berdampak pada sistem cuaca global, mengubah suhu, curah hujan, pola angin dan banyak lagi.
Singkatnya, perubahan iklim telah menjadi masalah global dengan komitmen iklim di seluruh dunia.
Salah satu isu mendesak yang mungkin makin mendekat dan harus diantisipasi, yaitu proyeksi kemungkinan banjir di bagian pegunungan Asia Timur di masa depan.
Para ilmuwan di Jepang telah mengungkap proyeksi terbukanya "sungai langit" di Asia Timur yang mengancam.
Hasil penelitian tersebut telah dijelaskan di Geophysical Research Letters yang merupakan jurnal akses terbuka. Jurnal tersebut dipublikasikan dengan judul "Atmospheric Rivers Bring More Frequent and Intense Extreme Rainfall Events Over East Asia Under Global Warming."
Dijelaskan, bahwa hujan deras akan dibawa oleh aliran awan seperti sungai di atmosfer yang disebut dengan sungai langit. Istilah tersebut merujuk pada koridor sempit dengan kelembapan pekat di atmosfer.
Sungai langit ini dapat dengan cepat menyebabkan banjir saat menabrak penghalang seperti pegunungan, melepaskan air dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
Menurut model proyeksi para peneliti, peristiwa curah hujan di Asia Timur akan lebih sering dan lebih parah dalam beberapa dekade mendatang saat planet ini menghangat.
Beberapa bagian Asia Timur saat ini mulai sering mengalami curah hujan yang sangat tinggi selama dekade terakhir. Sungai-sungai langit di atmosfer yang intens berkontribusi secara signifikan terhadap peristiwa ini.
Lebih banyak air akan diangkut melalui udara, dan lebih banyak curah hujan akan mendarat di tanah. Terutama di bagian pegunungan Asia Timur dan wilayah di sekitarnya jelas terancam.
“Kami menemukan bahwa perjalanan uap air yang berhubungan dengan sungai di atmosfer dan curah hujan, (telah) meningkat di lereng selatan dan barat pegunungan di Asia Timur dalam iklim yang lebih hangat,” tulis para peneliti dalam jurnal yang diterbitkan.
"Meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sungai langit yang terbentuk akan menjadi lebih sering terjadi, sejauh mana sungai langit menghasilkan curah hujan ekstrem di Asia Timur dalam iklim yang lebih hangat masih belum jelas."
Menurut peneliti, sungai langit akan membawa curah hujan ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya di Asia Timur. Hujan ekstrem itu dipicu oleh pemanasan global yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Secara umum, sungai langit mengambil uap air dari daerah yang lebih hangat dan menyimpannya di daerah yang lebih dingin. Pergerakan mereka dikendalikan oleh perubahan angin dan suhu.
Pola tersebut persis seperti perubahan yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim. "Di sini kami mengevaluasi perubahan dalam frekuensi dan intensitas hujan lebat ekstrem terkait sungai langit menggunakan serangkaian simulasi atmosfer global dan regional beresolusi tinggi," tulis para ilmuwan.
Ketika datang ke daerah seperti Jepang, Taiwan, Tiongkok timur laut, dan Semenanjung Korea, curah hujan bisa mencapai tingkat yang memecahkan rekor, menurut hasil penelitian tersebut.
Sebagian besar hujan akan mendarat di lereng barat daya Pegunungan Alpen Jepang, para peneliti menambahkan.
Untuk mencapai kesimpulan mereka, para ilmuwan menjalankan simulasi berdasarkan data meteorologi yang dikumpulkan dari tahun 1951 hingga 2010.
Para ilmuwan memodelkan data tersebut hingga tahun 2090 dan mengasumsikan peningkatan suhu sejalan dengan skenario perubahan iklim yang lebih ekstrem.
"Kami menggunakan simulasi model sirkulasi atmosfer global beresolusi tinggi serta simulasi penurunan skala model iklim regional," kata ilmuwan lingkungan Yoichi Kamae dari University of Tsukuba di Jepang.
Ada banyak penelitian sebelumnya tentang sungai langit di atmosfer ini, tetapi masih belum sepenuhnya jelas bagaimana pita kelembapan ini akan berubah seiring dengan perubahan iklim.
Hal itu karena karena perilakunya ditentukan oleh fitur topologi serta pergerakan udara yang lebih hangat dan lebih dingin.
Untuk beberapa daerah, peningkatan curah hujan akan menguntungkan. Sementara bagi yang lain, kondisi cuaca ekstrem dapat menyebabkan banjir yang berbahaya dan mengancam jiwa.
Ini hanyalah hubungan terbaru antara perubahan iklim dan peningkatan frekuensi peristiwa cuaca ekstrem.
Para peneliti mengatakan bahwa pemodelan juga dapat diterapkan ke daerah lain. Terutama di mana sungai langit di atmosfer mungkin berkembang.
Sementara masih banyak ketidakpastian, tampaknya dari studi ini dan studi lain bahwa beberapa bagian dunia akan mengalami lebih banyak curah hujan dalam beberapa dekade mendatang.
"Temuan kami kemungkinan juga berlaku untuk wilayah lain di garis lintang tengah di mana interaksi antara sungai atmosfer dan pegunungan curam memainkan peran utama dalam curah hujan, seperti di Amerika Utara bagian barat dan Eropa," kata Kamae.
"Wilayah ini juga mungkin mengalami peristiwa curah hujan ekstrem yang lebih sering dan intens saat iklim menghangat."