Dunia Hewan: Mengapa Ada Begitu Banyak Makhluk Raksasa di Laut Dalam?

By Ricky Jenihansen, Kamis, 20 Juli 2023 | 07:00 WIB
Imaji untuk mengilustrasikan bahwa laut dalam telah lama menjadi misteri dunia hewan, ada banyak makhluk raksasa yang tak biasa. (Web Education)

Nationalgeographic.co.id—Kehidupan di laut dalam telah sejak lama menjadi misteri di dunia hewan. Di bagian terdalam dan terdingin lautan, makhluk laut terutama invertebrata atau hewan bertulang belakang dapat mencapai ukurang yang sangat besar.

Cumi-cumi, laba-laba laut, cacing, dan berbagai jenis hewan lainnya tumbuh hingga berukuran seperti spesies kerdil di seluruh dunia. Fenomena itu disebut gigantisme.

Cumi-cumi kolosal (Mesonychoteuthis hamiltoni) di perairan subantartika sekitar 14 kali lebih panjang dari Cumi-cumi panah (Nototodarus sloanii) yang umum di Selandia Baru, menurut Te Ara the Encyclopedia of New Zealand.

Jauh di perairan Pasifik yang terpencil, ada spons laut seukuran mini van. Tapi ada apa dengan air laut yang dalam dan dingin yang menyebabkan makhluk tumbuh begitu besar?

Menurut ilmuwan, mungkin kelangsungan hidup menuntutnya dan faktor-faktor di perairan yang sangat dingin memungkinkan hal itu terjadi.

Di bagian terdalam lautan, sumber daya sangat terbatas, seperti halnya di ekosistem pulau, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2006 di Journal of Biogeography. Jurnal itu diterbitkan dengan judul "The Island Rule and the Evolution of Body Size in the Deep Sea."

Sebagian besar makanan berasal dari perairan yang lebih dangkal dan hanya sebagian kecil yang mengalir ke kedalaman laut.

Ketika makanan langka, menjadi lebih besar memberikan keuntungan besar, menurut Alicia Bitondo, seorang aquarist senior di Monterey Bay Aquarium di California, yang bekerja dengan spesies laut dalam.

Dalam dunia hewan, makhluk laut dengan tubuh yang lebih besar dapat bergerak lebih cepat dan lebih jauh untuk mencari makanan atau mencari pasangan.

Anggota Parks and Wildlife Service memeriksa cumi-cumi raksasa yang terdampar di Ocean Beach, 10 Juli 2007 dekat Strahan, Australia. (Getty Images)

Menurut Bitondo, mereka memiliki metabolisme yang lebih efisien dan lebih baik dalam menyimpan makanan. Jadi ketika sesuatu seperti bangkai besar hanyut ke perairan yang lebih dalam, predator besar dapat mengonsumsi lebih banyak dan menyimpan energi itu untuk waktu yang lebih lama.

Suhu dingin di laut dalam juga dapat memicu gigantisme dengan memperlambat metabolisme hewan secara signifikan.

Makhluk di ekosistem ini seringkali tumbuh dan menjadi dewasa dengan sangat lambat, seperti hiu Greenland (Somniosus microcephalus), kata Bitondo.

Hiu yang bergerak lambat ini bisa tumbuh sepanjang 24 kaki (7,3 meter) dan beratnya bisa mencapai 1,5 ton (1,4 metrik ton).

Akan tetapi pertumbuhan itu tersebar selama rentang hidup yang berlangsung selama berabad-abad. Hiu Greenland tumbuh sekitar 0,4 inci (1 sentimeter) per tahun dan tidak mencapai kematangan seksual sampai mereka berusia sekitar 150 tahun, kata Bitondo.

"Sebagian karena kurangnya pemangsa di laut dalam sehingga hiu ini dapat hidup sangat lama dan tumbuh sangat besar," katanya.

Sebelum manusia bertemu dengan raksasa laut dalam, mereka menemukannya di dekat Kutub Selatan. Dekat Antartika, gigantisme makhluk laut terjadi lebih dekat ke permukaan.

Ada siput laut raksasa, bunga karang, cacing, laba-laba laut, dan bahkan organisme bersel tunggal raksasa yang dingin di air yang lebih dangkal.

"Mereka berada dalam jangkauan scuba, sedalam 30 kaki (9,1 meter)," kata Art Woods, ahli ekofisiologi yang telah mempelajari gigantisme kutub dan seorang profesor di University of Montana di Missoula, mengatakan kepada Live Science.

"Mungkin ada sesuatu tentang Antartika yang memungkinkan (spesies raksasa) hidup lebih dekat ke permukaan," katanya. Woods berpendapat bahwa gigantisme dunia hewan di Antartika dapat dikaitkan dengan suplai oksigen di perairan dingin yang mengelilingi benua beku tersebut.

Di perairan kutub ini, konsentrasi oksigen tinggi, menurut US Geological Survey (USGS). Tapi, hewan di lingkungan ini menggunakan oksigen dengan sangat lambat. "Karena suhu air dingin mengurangi tingkat metabolisme mereka," jelas Woods.

Karena suplai oksigen yang melimpah jauh melebihi kebutuhan oksigen di dunia hewan, kemungkinan hambatan pertumbuhan dapat dihilangkan.

Lingkungan "memungkinkan mereka mengembangkan ukuran tubuh dan ukuran jaringan yang lebih besar tanpa menderita kekurangan oksigen," katanya.

"Sementara pasokan oksigen yang kaya tidak serta merta mendorong makhluk laut menjadi besar, hal itu memungkinkan," ia menambahkan.

Tetapi bahkan untuk raksasa kutub, tampaknya ada batas seberapa besar mereka bisa tumbuh.

Dalam sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B dengan judul "Upper limits to body size imposed by respiratory–structural trade-offs in Antarctic pycnogonids" hal itu dijelaskan.

Wood dan rekannya mempelajari laba-laba laut Arktik raksasa, yang dapat tumbuh hingga sepanjang 12 inci (30,5 sentimeter), atau seukuran piring makan.

Tim menemukan bahwa laba-laba laut yang lebih besar memiliki kadar oksigen yang lebih rendah dalam tubuh mereka.

Metabolisme aerob bergantung pada suplai oksigen, dan jika terlalu rendah, jaringan akan kekurangan oksigen.

Tingkat oksigen yang menurun pada laba-laba laut besar menunjukkan bahwa ada sesuatu yang bergeser dalam keseimbangan pasokan dan permintaan oksigen, para peneliti melaporkan dalam penelitian tersebut.

"Bayangkan mereka bisa mencapai ukuran di mana mereka tidak bisa mendapatkan cukup oksigen," kata Woods.

Meskipun ada beberapa hipotesis tentang berbagai faktor yang dapat menghasilkan raksasa laut, tidak ada yang yakin tentang mekanisme pasti yang mendorong perubahan evolusioner dramatis dalam ukuran tubuh. "Kami akan mengatakan dalam biologi bahwa tidak ada yang pasti," kata Woods.