Nationalgeographic.co.id—Jika dibuat daftar Kaisar Romawi yang gila dan nyeleneh, maka Commodus pasti ada di dalam daftar itu. Ia dikenal sebagai kaisar megalomania yang menganggap dirinya sebagai titisan Hercules. Lahir di masa keemasan Kekaisaran Romawi, Commodus adalah putra Marcus Aurelius yang termasuk dalam kelompok lima kaisar terbaik.
Pada akhirnya, Commodus tidak bisa memimpin Kekaisaran Romawi dengan baik. Apa yang membuat Commodus menganggap dirinya seperti Hercules?
Panutan bagi Kaisar Romawi
Di Romawi kuno, seorang kaisar baru biasanya menjadi tokoh panutar yang dapat menginspirasi mereka untuk mencapai hal-hal besar. Tokoh-tokoh itu misalnya mantan penguasa.
Selama abad keempat, misalnya, senat Romawi akan mengingat kembali hari-hari tenang. Senat memberi hormat kepada penguasa baru mereka dengan seruan, “Jadilah lebih beruntung dari Augustus.” Atau “Jadilah lebih baik dari Trajan.”
Namun, tidak semua kaisar cukup bijak untuk memilih panutan untuk dijadikan sebagai inspirasi. Terkadang, panutan yang berbeda dicari karena alasan politik.
Tidak selamanya cara senat itu berhasil. Terkadang, kaisar baru mengarahkan pandangannya pada tokoh yang lebih tinggi dari kaisar. Seperti Commodus yang menjadikan Hercules sebagai panutannya. Kaisar seperti Commodus memetakan jalan yang berbeda dari Kaisar Romawi pada umumnya. Tindakannya mengakibatkan keterasingan dari kelompok utama yang seharusnya mendukung kaisar. Mereka adalah senat dan prajurit.
Salah satu delusi yang paling terkenal dan paling aneh adalah Kaisar Commodus dan kepura-puraannya yang luar biasa.
Commodus diangkap sebagai ahli waris sejak kecil
Dalam sejarah Kekaisaran Romawi, tidak banyak anak yang dibesarkan untuk menjadi kaisar.
Pernikahan Marcus Aurelius dan Faustina Muda dikarunia dengan 13 anak, termasuk Commodus. Commodus diakui sebagai pewaris ayahnya sejak usia dini.
Ayahnya, Marcus Aurelius, membuat keputusan untuk mulai mengomunikasikan posisi Commodus sebagai ahli warisnya. Hal itu menjadikan pemuda sebagai kaisar porphyrogennetos pertama di Kekaisaran Romawi. “Ini berarti, secara harfiah, bahwa dia dilahirkan dalam warna ungu kekaisaran,” tulis Kieren Johns di laman The Collector.
Commodus, Kaisar Romawi yang buruk
Commodus adalah putra dan pewaris kaisar Romawi yang paling terkenal. Namun kini, ia dikenang sebagai salah satu tiran terburuk di Kekaisaran Romawi. Sumber sejarah utama yang merinci kehidupan dan pemerintahannya semuanya mengkritik kaisar. Seringkali, kritik ini mencerminkan keprihatinan para sejarawan itu sendiri.
Cassius Dio, misalnya, fokus makiannya terhadap Commodus berpusat pada perlakuan kaisar terhadap elite politik tradisional kekaisaran. Dio mencerca cara Commodus menolak contoh yang diberikan oleh ayahnya. Dio mengeklaim bahwa Marcus menyediakan serangkaian senator tepercaya untuk memberikan bimbingan bagi putranya. Namun Senat dan Commodus justru tidak memiliki hubungan yang baik.
The Life of Commodus di the Historia Augusta senang menghibur pembaca dengan bukti kemerosotan kaisar. Dikatakan bahwa Commodus gemar berpesta pora seksual, desas-desus inses, hingga melakukan beragam kekejaman.
Commodus sebagai Hercules
Commodus gemar melakukan pertarungan dengan gladiator. Pertarungan ini merupakan ajang untuk menunjukkan kekuatannya,” tambah Johns. Kehadiran senat pada pertarungan gladiator Commodus digunakan sebagai cara kaisar untuk secara terbuka menegaskan kendalinya atas elite Romawi. Para senator yang hadir diperintahkan untuk berteriak: “Anda adalah tuan.”
Gladiator bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan kekuatan Commodus. Hercules memberi Commodus sarana lebih lanjut untuk mengekspresikan status individualnya. Ia menyamakan diri dengan pahlawan dan semua kebajikan Hercules.
Secara khusus, Hercules juga menghubungkan Commodus dengan panteon Romawi. Hercules adalah putra Jupiter, pemimpin dewa Romawi.
Sebenarnya, kaisar-kaisar pendahulu juga sering mengaitkan dirinya dengan Hercules. Misalnya Trajan yang menyamakan eksploitasi militernya dengan kekuatan Hercules.
Masalah utama tampaknya sejauh mana Commodus menegaskan hubungannya dengan manusia setengah dewa dalam mitologi Romawi itu. Menurut Dio, kaisar memasukkan gelar “Hercules Romawi” sebagai bagian dari namanya. Sementara Hercules juga dimasukkan ke dalam nama bulan kalender Romawi (bersama dengan nama Commodus).
Megalomania kekaisaran ini beredar di wilayah kekaisaran. Hal ini bukanlah fenomena yang terbatas terjadi di kota Roma. Sebuah altar yang ditemukan dari Dura-Europos, di tepi barat daya Sungai Efrat. Penemuan ini adalah bukti penyebaran gagasan Commodus sebagai Hercules bahkan hingga batas terjauh kekaisaran.
Lukisan atau gambaran Commodus yang mirip Hercules beredar di kekaisaran, mulai dari koin hingga karya seni.
Asosiasi Commodus dengan Hercules juga berjalan seiring dengan pertarungan gladiator. Dio melaporkan bahwa kulit singa - ikon identitas Hercules - dibawa ke hadapan kaisar dalam prosesi. Ikon Hercules ditempatkan di kursi berlapis emas di amfiteater.
Commodus akan muncul di arena dan meniru prestasi Hercules. Pertunjukan kehebatannya dengan busur dimaksudkan sebagai tiruan dari tenaga keenam Hercules, Burung Stymphalian.
Memahami kegilaan: Commodus, Hercules, dan Kekaisaran Romawi
Pada dasarnya, penyamaran Commodus sebagai gladiator dan Hercules dapat dipahami sebagai bagian dari tujuan yang sama. Paradigma baru dari kekuatan kekaisaran ini memungkinkan Kaisar Romawi yang lahir paling mulia untuk mengartikulasikan versi status baru.
Gladiator dan delusi keagungan Hercules menjadi cara bagi Commodus untuk menunjukkan bahwa prestasi dan statusnya berbeda dengan pendahulunya.
Pada akhirnya, upayanya gagal. Commodus dibunuh pada Malam Tahun Baru 192. Semua kenangan akan kaisar megalomania itu dikutuk dan kematiannya dirayakan di Romawi. Bahkan elite senator yang bersengkongkol melawannya pun turut berpesta atas kematian sang kaisar.
Namun, pemerintahan Commodus mengubah dinamika lanskap politik Kekaisaran Romawi. Dalam beberapa dekade berikutnya, mode baru untuk mewakili status dan kekuasaan kekaisaran muncul. Salah satunya adalah Elagabalus yang menganggap dirinya sebagai dewa matahari Suriah.
Di masa depan, Kaisar Romawi akan kembali beralih ke Hercules untuk asosiasi ilahi di abad keempat masehi. Kaisar-kaisar ini lebih berhasil dari Commodus, terutama ketika kekaisaran sedang mengalami penurunan. Rupanya, delusi Hercules merupakan inovasi yang berpengaruh di Kekaisaran Romawi.