Perjalanan Panjang Warna 'Pink': Dari Perbudakan hingga 'Barbiecore'

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 24 Juli 2023 | 11:00 WIB
'Barbiecore' yang penuh dengan warna merah muda telah menjadi tren estetika yang semakin populer dan memiliki banyak peminat. (stylecaster)

Nationalgeographic.co.id—Mungkinkah warna pink atau merah muda adalah warna tertua di muka Bumi? Hasil dari penelitian tahun 2018, ditemukan pigmen merah muda cerah pada bebatuan berusia 1,1 miliar tahun. Pigmen tersebut muncul berkat fosil miliaran cyanobacteria kecil yang pernah mendominasi lautan.

Terlepas dari penemuan tersebut, tak bisa dipungkiri bahwa warna merah muda atau pink telah membawa banyak muatan budaya. Ketika dari palet alam kemudian melekat dalam kehidupan manusia, warna ini mengandung berbagai konotasi di setiap masanya.

Kekaguman terhadap Warna Merah Muda di Dunia Kuno

Menurut Erin Blakemore, pada laman National Geographic, sudah sejak lama, manusia purba menjadikan warna merah muda sebagai warna favorit mereka. Masyarakat di Pegunungan Andes, telah bersentuhan dengan warna merah muda sejak sekitar 9.000 tahun yang lalu, 

“Para pemburu yang garang di daerah yang sekarang dikenal sebagai Peru mengenakan pakaian kulit yang dibuat khusus dengan rona merah muda berkat oker merah,” tulis Erin. 

Oker merah merupakan pigmen oksida besi yang menjadi salah satu pigmen alami tertua yang digunakan manusia.

Oker juga digunakan untuk menyamak pakaian kulit. Tidak hanya berhenti di pakaian saja, mereka juga mengoleskan pigmen tersebut pada dinding gua.

Pada zaman Mesir kuno, manusia menggunakan oker untuk mewarnai bibir dan pipi mereka. Ketika diaplikasikan pada kulit manusia, pigmen merah ini menciptakan warna merah muda seperti perona pipi yang diasosiasikan dengan cinta, seksualitas, dan kecantikan.

Berbagai ramuan yang mirip dengan warna ini juga digunakan di seluruh dunia, mulai dari stroberi yang dihancurkan hingga bayam merah.

Warna Kosmetik dan Kolonialisme

Erin menjelaskan, bahwa pada saat itu, warna merah muda telah terikat erat dengan kolonialisme. Hal ini dikarenakan “permintaan pigmen untuk kosmetik mendorong orang Eropa untuk memanen sumber daya alam di berbagai belahan dunia.”

Sebagai contoh, para pedagang eropa yang melakukan perbudakan kepada para pekerja di Brasil. Dalam upaya membuat pigmen merah muda, dibutuhkan kulit kayu dan getah merah dari pohon ‘kayu brasil’. 

Pohon Kayu Brasil merupakan salah satu sumber pigmen warna merah muda (oeco.org)

“Para pedagang Eropa memaksa para pekerja yang diperbudak untuk menebang begitu banyak pohon yang menjadi simbol Brasil,” jelas Erin, “sehingga negara tersebut mengalami penggundulan hutan dan pohon tersebut hampir punah.”

Selama Era Eksplorasi ini, konsumen juga mendapatkan pipi dan bibir merah muda mereka dari pigmen lain seperti karmin,  yang berasal dari serangga cochineal. Serangga ini dipanen di Amerika Tengah dan Selatan dengan kondisi yang sama seperti di Brasil.

Selain itu, warna ini juga memiliki hubungan yang lebih harfiah dengan kolonialisme: Pada saat itu, Kerajaan Inggris menggunakan warna merah muda untuk menandai daerah kekuasaannya di dalam peta.

Warna merah muda menjadi kegemaran mode yang sangat populer

Ketika warna merah menjadi lebih mudah diakses dan lebih murah, para bangsawan Eropa abad ke-18 memanjakan diri dengan warna merah muda.

Sejarawan seni, Michel Pastoureau, menulis bahwa "kelas masyarakat Eropa yang paling istimewa menginginkan warna pastel, halftone, dan inovasi terbaru dalam corak warna untuk membedakan diri mereka dari kelas menengah, yang sekarang memiliki akses ke warna-warna cerah, kuat, dan dapat diandalkan."

Lukisan Marquise de Pompadour, karya Francois Boucher. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Salah satunya adalah Marquise de Pompadour, nyonya Louis XV dari Perancis selama tahun 1740-an dan 1750-an,  turut mempopulerkan warna ini di seluruh Eropa..

Para seniman, menggunakan warna merah muda untuk menggambarkan berbagai barang indah di dalam rumah Marquise, bahkan kereta kencananya. 

Munculnya pewarna sintetis pada pertengahan abad ke-18, membuat warna merah muda menjadi lebih mudah diakses daripada sebelumnya. Pada tahun 1930-an, warna merah muda cerah telah menjadi tren mode yang sangat populer.

Perancang busana avant-garde Elsa Schiaparelli menjadikan "shocking pink" sebagai warna khasnya, yang membantu menyebarkan mode pakaian wanita.

Merah Muda: Milik Laki-laki atau Perempuan?

Pada Perang Dunia I, di Amerika dan beberapa negara lainya, muncul sebuah panduan etiket yang menyarankan para ibu untuk memperhatikan warna pakaian anak-anak mereka. Pemilihan warna didasarkan oleh jenis gender sang anak.

Terdapat berbagai pandangan mengenai apa warna yang cocok untuk anak laki-laki dan perempuan. Pada satu pihak menyarankan agar anak laki-laki menggunakan warna merah muda, namun beberapa lainya menyatakan bahwa warna tersebut lebih cocok untuk perempuan.

Pada akhirnya, pada tahun 1960-an, para ibu mulai membeli pakaian berwarna merah muda untuk bayi perempuan mereka. Sedangkan warna biru muda pastel untuk laki-laki.

Sisi Gelap Warna Merah Muda

Meskipun merah muda mendapat panggungnya sebagai warna favorit, namun disisi lain juga mendapat penolakan beberapa orang. Hal ini dikarenakan warna merah muda dianggap sebagai simbol kelemahan atau bahkan warna jahat.

Di Jerman Nazi, misalnya, warna ini digunakan untuk menandai pria gay di kamp konsentrasi dan kamp kematian.

Lalu ketika Perang Dingin muncul, orang-orang yang dituduh sebagai simpatisan Komunis diberi julukan "pinko". Istilah pinko merujuk pada orang yang memiliki kecenderungan "merah" ke arah politik radikal.

Selain itu, Erin menerangkan, para anggota gerakan pembebasan perempuan juga berusaha menjauhkan dengan warna ini. Merah muda dianggap telah melekat dengan stereotip yang tidak menguntungkan wanita.

Sementara itu, kaum anti-feminis, memeluk warna merah muda. Penulis Helen B. Andelin, misalnya, “tampil di depan umum dengan pakaian serba merah muda pada 1960-an dan 1970-an saat memberikan ceramah yang mendorong perempuan untuk meninggalkan feminisme dan menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga,” jelas Erin.

Merah Muda Dewasa Ini

Sejarah Barbie terinspirasi dari mainan boneka kertas wanita dewasa. (Warner Bros/Christopher Smith)

Hingga saat ini, merah muda masih diidentikan dengan feminitas. Meskipun demikian, banyak kalangan masyarakat yang semakin menyadari betapa pentingnya menghargai kebebasan dan pilihan individu dalam mengekspresikan diri mereka.

Stereotip gender yang terkait dengan warna merah muda juga semakin banyak ditentang oleh gerakan pembebasan perempuan. 

Tahun ini, film Barbie yang akan datang dari Greta Gerwig membantu mendorong kebangkitan estetika "Barbiecore" yang bermandikan warna merah muda. Hal ini menginspirasi para pengagumnya untuk memenuhi rumah dan lemari pakaian mereka dengan warna merah muda.

Barbiecore merupakan istilah yang merujuk pada tren estetika yang terinspirasi dari boneka Barbie. Gerakan Barbiecore yang terinspirasi oleh gaya dan estetika boneka Barbie telah mempengaruhi dunia mode, desain interior, seni, dan budaya populer.