Beberapa sejarawan seni, akademisi, dan seniman mengklaim bahwa keindahan Venus de Milo terletak pada lengannya yang hilang, yakni pada ketidaksempurnaannya.
Sejak penemuannya, Venus de Milo telah mengilhami standar kecantikan di Eropa. Namun, dalam banyak hal, dan bagi banyak seniman, keselarasan yang sempurna dalam proporsi tubuh dan fitur wajah telah membentuk gagasan tentang kecantikan wanita.
Menurut para ahli, Venus de Milo mengilhami wanita abad ke-19 dan awal abad ke-20 untuk menginginkan cita-cita kecantikan yang tidak realistis menurut mitologi Yunani.
Selama periode itu, bentuk melengkung yang terinspirasi dari patung tersebut mulai populer. Namun, korset yang masih dalam mode, menyebabkan wanita mengambil bentuk tubuh jam pasir itu secara ekstrem.
Para wanita Eropa mulai mengencangkan pinggang mereka menjadi ukuran yang sangat kecil.
Selain itu, fitur Venus de Milo, terutama hidungnya, mencerminkan standar kecantikan abad ke-19. Wanita yang menyerupai patung Yunani kuno dianggap sangat cantik.
Masyarakat modern menjunjung tinggi penampilan fisik, dan kecantikan telah menjadi faktor penentu nilai. Kontes kecantikan, khususnya, mendorong konvensi penilaian berdasarkan penampilan.
Meneliti standar kecantikan di Yunani kuno dan membandingkannya dengan standar kecantikan saat ini, dapat dikatakan bahwa meskipun berabad-abad berlalu, standar ini tetap sangat mirip.
Kesamaan utama terletak pada keyakinan bahwa ada satu cita-cita kesempurnaan yang harus dicapai.
Dengan atau tanpa lengan, simetri, proporsi, dan harmoni yang ditemukan di Venus de Milos telah menjadi elemen penting dalam penentuan kecantikan kita.
Penemuan patung di Milos, Kesultanan Utsmaniyah