Venus de Milo, Patung Mitologi Yunani Sebagai Wujud Kecantikan Barat

By Ricky Jenihansen, Minggu, 23 Juli 2023 | 17:00 WIB
Replika Venus de Milo (tengah) dan rekonstruksi (kiri dan kanan). Venus de Milo telah menjadi interpretasi kecantikan dunia barat. (Etsy)

Pada tanggal 8 April 1820, petani Giorgos (atau Theodoros) Kentrotas sedang menggali reruntuhan kuno di ladangnya di Milos. Ia menggali untuk menemukan beberapa batu yang dia butuhkan untuk membangun sesuatu.

Kentrotas malah menemukan potongan patung marmer yang ternyata merupakan salah satu patung paling terkenal di dunia, yaitu Venus de Milo.

Untungnya, perwira angkatan laut Prancis kebetulan sedang melakukan penggalian artefak kuno di dekatnya pada waktu yang bersamaan.

Ketika beliung petani Yunani itu membentur sesuatu yang tidak biasa, dia ternyata telah menggali sepotong patung marmer.

Kentrotas merasa bahwa penemuannya berharga dan mencoba untuk meletakkan kembali tanah di atas patung marmer itu lagi, karena takut perwira Prancis yang melihat saat itu akan mengambilnya.

Namun, perwira Prancis tidak tertipu oleh petani itu. Mereka berkumpul di sekitar tempat penggaliannya dan mendesaknya untuk menggali lebih jauh. Kentrotas menurut dan terus menggali sampai semua potongan marmer yang berharga tergali.

Pecahan patung dipindahkan ke kandang domba Kentrotas. Sementara perwira Prancis sudah mulai berkomunikasi dengan konsul dan duta besar mereka di kota Konstantinopel dan Smyrna.

Perwira angkatan laut Prancis Olivier Voutier bertanggung jawab atas penggalian barang antik di pulau Milos.

Dia telah mempelajari arkeologi, jadi ketika dia melihat penemuan itu, dia menyadari nilai yang sangat besar dari patung itu dan memberi tahu rekan senegaranya bahwa dia tidak punya cukup uang untuk membelinya.

Bersamaan dengan patung Dewi Aphrodite, perwira Prancis juga menemukan dua lempengan dedikasi dan alas dengan tulisan nama pematung. Anehnya, lengan patung yang hilang itu tidak pernah ditemukan.

Perwira Prancis ini memulai negosiasi resmi untuk membeli patung Venus de Milo atau Aphrodite of Milo segera setelah penemuannya.

Harga awal yang ditawarkan adalah 400 piaster, yang saat itu dikenal di Yunani sebagai grosi (γρόσι), mata uang yang digunakan oleh Kesultanan Utsmaniyah hingga tahun 1844.

Pihak lain kemudian melakukan negosiasi, membuat prosedur menjadi lebih rumit. Kesultanan Utsmaniyah dan Laksamana Prancis Jules Dumont d'Urville membuat penawaran bersaing untuk barang antik yang tak ternilai itu.

Persaingan itu mengakibatkan penundaan pemindahan patung ke Prancis. Akan tetapi Prancis akhirnya menang, dan potongan Venus de Milos diangkut ke Prancis. Patung kesayangan itu telah dipajang di Museum Louvre sejak saat itu.