Mengapa Dewa Mitologi Yunani Sering Digabungkan dengan Dewa Asing?

By Ricky Jenihansen, Jumat, 28 Juli 2023 | 19:00 WIB
Penggabungan dewa mitologi Yunani dan Mesir Isis/Persephone (kiri) dan Serapis/Hades (kanan). (Heraklion Archaeological Museum)

Nationalgeographic.co.id - Dewa-dewi dalam mitologi Yunani sering kali digabungkan dengan dewa asing dalam sinkretisme Agama oleh orang Yunani kuno. Penggabungan tersebut sering dilakukan orang-orang Yunani kuno saat bertemu dengan peradaban dan budaya lain.

Orang Yunani kuno bertemu dengan peradaban dan budaya lain melalui perdagangan, penaklukan, dan kolonisasi. Saat itulah terjadi sinkretisme Agama dewa-dewi dalam mitologi Yunani.

Sinkretisme Agama dicirikan dengan percampuran dan asimilasi berbeda dari budaya dan wilayah yang berbeda. Orang Yunani sering mengakui dewa asing sebagai dewa yang setara dengan salah satu dewa mereka.

Orang Yunani kemudian menggabungkan praktik keagamaan dan kepercayaan dari kedua agama secara bersamaan.

Sinkretisme Agama memungkinkan lanskap keagamaan yang lebih saling berhubungan. Di seluruh dunia Mediterania kuno, ini dipraktikkan oleh berbagai peradaban lain seperti Romawi, Fenisia, Mesir, dan lain-lain.

Hal itu karena sebagian besar peradaban kuno bersifat politeistik, cenderung ada lebih sedikit penghalang yang mencegah percampuran keyakinan agama dan menyembah dewa-dewa baru.

Sinkretisme agama Yunani Kuno

Saat negara-kota Yunani terlibat dalam perdagangan, diplomasi, dan penaklukan, mereka berhubungan dengan peradaban tetangga. Seperti misalnya Mesir, Fenisia, dan Persia.

Interaksi ini mengarah pada identifikasi dan integrasi dewa-dewi asing dengan panteon Mitologi Yunani dan sebaliknya.

Contoh penting termasuk sinkretisme Zeus dengan Amun Mesir, menghasilkan dewa Zeus Ammon. Kemudian ada juga perpaduan pahlawan Yunani Herakles dengan dewa Melqart Fenisia.

Praktik sinkretisme Agama semacam itu memfasilitasi pertukaran budaya, mendorong lanskap keagamaan yang lebih saling berhubungan dan kosmopolitan di Yunani kuno.

Era Hellenistik, setelah penaklukan Alexander Agung, mempercepat sinkretisme agama di Yunani.