Bagaimana Cara Kekaisaran Mongol Menjadi Pelopor Inovasi di Zamannya?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 28 Juli 2023 | 16:00 WIB
Di masanya, Kekaisaran Mongol merupakan kekaisaran hebat yang terus memperluas wilayahnya. Mereka menjadi pelopor inovasi di masanya. (Mōko Shūrai Ekotoba)

Kekaisaran Mongol mendorong perdagangan bebas dan sering mengambil barang dari satu kerajaan dan memperkenalkannya ke kerajaan lain. Tindakan mereka itu membuka pasar baru. Dengan demikian, ekonomi pun ikut berkembang.

Penaklukan Mongol atas Tiongkok berarti bahwa teknologi Tiongkok dapat semakin menyebar berkat luasnya jaringan Kekaisaran Mongol.

Ketika Mongol hendak merebut kota kembar Xiangyang dan Fancheng dari Kekaisaran Tiongkok, manjanik yang diperkenalkan oleh peradaban muslim dipakai. Inilah yang menyebabkan kemenangan mereka. (Rashid Al-Din Hamadani)

Seperti yang ditunjukkan oleh Timothy May dalam The Mongol Art of War, contoh utamanya adalah bubuk mesiu. Sedikit yang diketahui tentang bagaimana tepatnya teknologi mesiu menyebar dari Kekaisaran Tiongkok ke dunia yang lebih luas. Namun pada periode inilah teknologi itu mencapai Mediterania lalu ke Kekaisaran Bizantium, dan wilayah lain.

Ahmad al-Hassan menunjukkan dalam sebuah studi tahun 2003, bahwa beberapa bagian dunia Muslim telah memiliki akses ke bubuk mesiu. Meski begitu, munculnya Kekaisaran Mongol tampaknya telah mempercepat difusi teknologi ini secara substansial.

Kekaisaran Mongol mengorganisir pasukan yang sangat efisien

Sementara lawan, bangsa Mongol bekerja keras untuk belajar dari kekaisaran yang tangguh. Pada tahun 1245, Fransiskan Friar John dari Plano Carpini dikirim oleh Paus Innosensius IV dalam sebuah misi ke stepa Eurasia. Ia diutus untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang Kekaisaran Mongol.

Ketika John kembali ke Italia, dia mempresentasikan laporan suram yang menggambarkan skala dan kemanjuran mesin perang Mongol. Ia menasihati para penguasa untuk belajar dari model mereka, yang dikenal sebagai sistem desimal. Menurut pendekatan ini, regu yang terdiri dari 10 tentara diorganisir menjadi kompi yang terdiri dari 100. Kemudian diorganisir menjadi formasi 1.000 dan seterusnya.

John merasa bahwa hanya pasukan yang disusun dengan cara yang sama yang memiliki peluang untuk mengalahkan Kekaisaran Mongol dalam pertempuran. Nasihatnya diabaikan, tetapi kekuatan lain memanfaatkan sistem ini dengan sangat efektif.

Kekaisaran Mongol bereksperimen dengan uang kertas

Bangsa Mongol bereksperimen dengan penggunaan uang kertas, yang awalnya berkembang di Tiongkok. Marco Polo mendokumentasikannya dalam tulisan-tulisannya. Berdasarkan dokumentasi, pemimpin Mongol di Timur Dekat menyebarkan bentuk mata uang baru di emporium perdagangan utama mereka di Tabriz.

Mereka bersikeras bahwa orang-orang menggunakannya dengan ancaman kematian. Hasilnya adalah malapetaka, karena masyarakat setempat menolak untuk mempercayai uang kertas baru tersebut.