Geyser Aktif Tertinggi di Bumi Terancam Punah Akibat Perubahan Iklim

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 29 Juli 2023 | 18:00 WIB
Geyser Steamboat Yellowstone adalah geyser aktif tertinggi di dunia, dan saat ini terancam punah akibat perubahan iklim. (Jacob W. Frank)

Untuk menentukan apa yang menyebabkan musim kering tersebut, para peneliti mencari petunjuk di pepohonan yang tumbuh di sekitar lubang geyser.

Ketika Geyser Steamboat sering meletus, semprotannya melapisi tanaman hijau di sekitarnya dengan lapisan tipis silika. Silika adalah mineral yang ditemukan di batuan vulkanik yang membentuk geyser.

Hujan silika melapisi pohon yang tumbuh dalam jarak 30 meter dari lubang angin. Hal itu memberikan catatan yang dapat diandalkan tentang aktivitas Geyser Steamboat di masa lalu.

"Air yang menyembur dari geyser kaya silika, dan ketika silika mengendap, itu menyumbat jalur yang memungkinkan pohon untuk bernafas, berfotosintesis, dan tumbuh," kata penulis utama studi Shaul Hurwitz, ahli hidrologi penelitian di Survei Geologi AS, dalam sebuah pernyataan.

Semprotan itu membunuh pohon di dekatnya dan menciptakan penghalang pelindung terhadap bakteri dan jamur yang jika tidak akan membusukan kayu, kata Hurwitz.

Pohon di Yellowstone cenderung tidak bertahan lebih dari 300 tahun, tambahnya, tetapi semburan geyser dapat mengawetkan struktur kayunya selama berabad-abad.

Oleh karena itu, struktur kayu mati yang tumbuh di dekat lubang angin mewujudkan interval waktu ketika Steamboat tidak meletus. Saat letusan kembali terjadi, semburan yang kaya akan silika menutupi dan membunuh pepohonan.

Geyser Old Faithful di Taman Nasional Yellowstone. (National Park Service)

Kerangka pohon penanggalan radiokarbon yang berada dalam jarak 46 kaki atau sekitar 14 m dari lubang angin berusia sangat tua.

Mereka mendeteksi tiga periode pertumbuhan, yaitu pada akhir abad ke-15, pertengahan abad ke-17, dan akhir abad ke-18.

Mereka kemudian mencocokkan periode ini dengan catatan iklim regional dan menemukan bahwa musim kering Geyser Steamboat bertepatan dengan periode kekeringan.

"Bahkan perubahan kecil dalam presipitasi dapat mempengaruhi interval antara letusan," kata Hurwitz.