Geyser Aktif Tertinggi di Bumi Terancam Punah Akibat Perubahan Iklim

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 29 Juli 2023 | 18:00 WIB
Geyser Steamboat Yellowstone adalah geyser aktif tertinggi di dunia, dan saat ini terancam punah akibat perubahan iklim. (Jacob W. Frank)

Nationalgeographic.co.idPerubahan iklim telah menjadi ancaman global, mengubah Bumi menjadi lebih hangat dan menyebabkan banyak kekacauan. Geyser aktif tertinggi di Bumi sepertinya akan menjadi korban berikutnya, diperkirakan akan menjadi lebih jarang dan bahkan punah.

Untuk diketahui, geyser aktif tertinggi terdapat di Taman Nasional Yellowstone yang sebagian besar terletak di Wyoming, Amerika Serikat. Geyser tersebut dikenal dengan nama Geyser Steamboat, di Norris Geyser Taman Nasional Yellowstone.

Geyser Steamboat memiliki dua lubang angin, yaitu di utara dan selatan yang berjarak sekitar 6 meter. Sekarang, temuan baru mengungkapkan bahwa geyser Steamboat Yellowstone terancam punah.

Menurut penelitian terbaru, dalam iklim yang lebih hangat dan lebih kering, air tanah yang menjadi bahan bakar geyser aktif tertinggi di Yellowstone dapat menyusut.

Jika perubahan iklim makin tak terkendali, Geyser Steamboat Yellowstone dapat menjadi korban selanjutnya. Geyser Steamboat Yellowstone akan berhenti meletus saat kekeringan menguasai wilayah tersebut, kata para ilmuwan.

Temuan tersebut telah dijelaskan di jurnal Geochemistry, Geophysics, Geosystems belum lama ini. Jurna itu diterbitkan dengan judul "The Relation Between Decadal Droughts and Eruptions of Steamboat Geyser in Yellowstone National Park, USA" dan merupakan jurnal akses terbuka.

Dalam penelitian tersebut dijelaskan, ketika suhu melonjak dan curah hujan menurun di seluruh Amerika Barat, cadangan air tanah di bawah taman nasional bisa menjadi tidak cukup untuk memberi suplai geyser yang ikonik itu.

"Air tanah adalah bahan bakar untuk geyser," kata Michael Poland, seorang ahli geofisika penelitian dan ilmuwan yang bertanggung jawab di Observatorium Gunung Api Yellowstone kepada Live Science.

Hampir separuh Bumi diproyeksikan akan memasuki zona iklim baru karena perubahan iklim. (iStockphoto)

Poland tidak terlibat dalam penelitian baru tersebut. "Tanpa air, geyser tidak akan meletus."

Namun demikian, hal itu tidak seperti Geyser Old Faithful Yellowstone, yang saat ini meledak 20 kali sehari. Old Faithful Yellowstone adalah geyser kerucut yang juga terdapat di Taman Nasional Yellowstone di Wyoming.

Tidak seperti geyser Old Faithful Yellowstone, Geyser Steamboat Yellowstone tidak meletus pada jadwal yang dapat diprediksi. Geyser ini mengalami musim kering yang dapat berlangsung antara tiga hari hingga 50 tahun.

Untuk menentukan apa yang menyebabkan musim kering tersebut, para peneliti mencari petunjuk di pepohonan yang tumbuh di sekitar lubang geyser.

Ketika Geyser Steamboat sering meletus, semprotannya melapisi tanaman hijau di sekitarnya dengan lapisan tipis silika. Silika adalah mineral yang ditemukan di batuan vulkanik yang membentuk geyser.

Hujan silika melapisi pohon yang tumbuh dalam jarak 30 meter dari lubang angin. Hal itu memberikan catatan yang dapat diandalkan tentang aktivitas Geyser Steamboat di masa lalu.

"Air yang menyembur dari geyser kaya silika, dan ketika silika mengendap, itu menyumbat jalur yang memungkinkan pohon untuk bernafas, berfotosintesis, dan tumbuh," kata penulis utama studi Shaul Hurwitz, ahli hidrologi penelitian di Survei Geologi AS, dalam sebuah pernyataan.

Semprotan itu membunuh pohon di dekatnya dan menciptakan penghalang pelindung terhadap bakteri dan jamur yang jika tidak akan membusukan kayu, kata Hurwitz.

Pohon di Yellowstone cenderung tidak bertahan lebih dari 300 tahun, tambahnya, tetapi semburan geyser dapat mengawetkan struktur kayunya selama berabad-abad.

Oleh karena itu, struktur kayu mati yang tumbuh di dekat lubang angin mewujudkan interval waktu ketika Steamboat tidak meletus. Saat letusan kembali terjadi, semburan yang kaya akan silika menutupi dan membunuh pepohonan.

Geyser Old Faithful di Taman Nasional Yellowstone. (National Park Service)

Kerangka pohon penanggalan radiokarbon yang berada dalam jarak 46 kaki atau sekitar 14 m dari lubang angin berusia sangat tua.

Mereka mendeteksi tiga periode pertumbuhan, yaitu pada akhir abad ke-15, pertengahan abad ke-17, dan akhir abad ke-18.

Mereka kemudian mencocokkan periode ini dengan catatan iklim regional dan menemukan bahwa musim kering Geyser Steamboat bertepatan dengan periode kekeringan.

"Bahkan perubahan kecil dalam presipitasi dapat mempengaruhi interval antara letusan," kata Hurwitz.

"Lebih banyak air berarti letusan lebih sering, sementara lebih sedikit air berarti letusan lebih jarang."

Gagasan bahwa kekeringan dapat menyebabkan kekurangan air dan melemahnya Geyser Steamboat bukanlah hal baru, kata Poland.

Penelitian yang diterbitkan pada tahun 2020 dalam jurnal Geophysical Research Letters menyarankan kekeringan parah di abad ke-13 mungkin telah menutup Old Faithful Yellowstone selama beberapa dekade.

Mengubah pola cuaca dan suhu ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim dapat memperburuk efek ini, kata Hurwitz.

"Kita mungkin berharap melihat geyser memiliki perilaku yang sama sekali berbeda dalam hal interval antara letusannya - lebih jarang meletus, dan beberapa di antaranya bahkan mungkin punah," katanya.

Akan tetapi seperti Geyser Old Faithful, geyser yang mati saat masa sulit dapat hidup kembali, kata Poland.

"Geyser adalah sistem yang sangat dinamis, dan berubah sepanjang waktu, jadi selalu ada kemungkinan geyser akan mati atau geyser baru akan terbentuk saat sistem pipa hidrotermal berkembang di bawah permukaan yang dangkal."