Nationalgeographic.co.id—Ketika mendengar istilah araknida, visi yang muncul mungkin adalah laba-laba. Dalam dunia hewan makhluk ini terkesan menggelikan, makhluk yang merayap diam-diam dan membuat jaring di sudut ruangan.
Tidak hanya itu, laba-laba juga mungkin dikesankan sebagai makhluk berbulu besar dengan taring seperti mitos Shelob atau Aragog. Makhluk aneh di dunia hewan ini cukup mengerikan dan mengintai di dalam gelap.
Akan tetapi, dari semua itu, seberapa besar (dan ganas) araknida yang pernah kita ketahui? Atau, pertanyaan yang lebih spesifik, apa araknida terbesar yang pernah hidup?
Menjawab pertanyaan ini tampak sederhana. Di dunia hewan, araknida adalah artropoda berkaki delapan, yang berarti bahwa kelompok ini tidak hanya berisi laba-laba.
Araknida juga termasuk kalajengking dan kutu, di antara kelompok lain yang jauh lebih kecil dan lebih jarang.
Dari jumlah tersebut, laba-laba adalah kelompok araknida yang paling beragam. Bahkan belum lama ini, spesies ke-50.000 baru saja ditemukan. Dan jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah.
Masalahnya adalah apa yang dianggap sebagai araknida adalah pertanyaan terbuka dan masih diperdebatkan.
Araknida adalah bagian dari kelompok artropoda yang lebih besar yang disebut chelicerata. Chelicerata juga dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil, dengan araknida menjadi satu kelompok.
Sementara kepiting tapal kuda (dalam ordo Xiphosura) dan kalajengking laut (Eurypterida) menjadi kelompok terpisah, tetapi terkait dengan araknida.
Menurut Russell Bicknell, ahli paleontologi di University of New England di Australia, ini adalah filogeni yang diterima secara tradisional.
"Tapi sebuah makalah yang dipublikasikan baru-baru ini menganggap ini salah, dan menyarankan bahwa kepiting tapal kuda dan kalajengking laut sebenarnya termasuk ke dalam araknida."
Thomas Hegna, asisten profesor paleontologi di State University of New York (SUNY) di Fredonia, yang tidak terlibat dalam studi baru, mengatakan hal tersebut kepada Live Science melalui surel.
Ia juga mengatakan, bahwa filogeni baru yang berdasarkan analisis molekuler, menyiratkan beberapa kelompok chelicerata darat (laba-laba dan kalajengking) datang sebelum chelicerata laut (kepiting tapal kuda dan kalajengking laut).
Akan tetapi, meskipun pernyataan ini didukung dengan baik oleh bukti genetik, pernyataan ini tidak konsisten dengan catatan fosil.
Ini mungkin tampak seperti pedantri paleontologis, tetapi sebenarnya membuat perbedaan besar dalam menentukan araknida terbesar yang pernah ada.
Menurut pandangan tradisional dari pohon keluarga araknida, araknida terbesar yang masih hidup kemungkinan besar adalah laba-laba. Namun itu mengabaikan kepiting tapal kuda dan kalajengking laut.
Ada dua laba-laba yang menjadi pesaing besar untuk gelar "laba-laba terbesar di dunia". Laba-laba terbesar yang diketahui berdasarkan massa adalah Goliath Birdeater (Theraphosa blondi), berat 170 gram.
Laba-laba itu tubuhnya dapat mencapai panjang hingga 12 sentimeter. Ia bahkan dapat tumbuh hingga 28 cm jika kakinya dimasukkan, menurut American Association for the Advancement of Science (AAAS).
Jika seseorang menilai ukuran laba-laba dari diameter rentang kakinya, maka laba-laba terbesar mungkin adalah laba-laba pemburu raksasa (Heteropoda maxima).
Laba-laba ini memiliki rentang kaki sekitar 30 cm, membuatnya seukuran piring makan. Terlepas dari ukurannya, laba-laba ini baru ditemukan pada tahun 2001.
Ketika mereka menyelami catatan fosil, mereka menemukan bahwa araknida terbesar di dunia hewan yang pernah ada kemungkinan besar bukanlah laba-laba, melainkan kalajengking.
Brontoscorpio anglicus adalah kalajengking yang hidup selama era Silurian-Devonian (antara 350 juta dan 450 juta tahun yang lalu). Ukurannya bahkan mencapai hampir 1 meter, lima kali lebih panjang dari kalajengking terpanjang yang hidup saat ini.
Namun, peringatan di sini adalah bahwa satu-satunya contoh spesies ini dideskripsikan dari satu jari yang membatu, sehingga ukuran sebenarnya dari hewan tersebut adalah perkiraan yang masih perlu dipelajari.
Hewan-hewan ini adalah araknida terbesar yang diketahui, baik yang masih hidup maupun yang sudah punah dunia hewan, sebagaimana araknida didefinisikan secara tradisional.
Akan tetapi jika kalajengking laut dan kepiting tapal kuda memang dianggap araknida, maka araknida hidup terbesar bukan lagi laba-laba. Maka, araknida terbesar adalah kepiting tapal kuda, seperti yang mungkin disarankan oleh penelitian baru,
Spesies kepiting tapal kuda terbesar secara dramatis melampaui laba-laba terbesar yang masih hidup.
Tachypleus tridentatus, yang terbesar dari kelompok ini, dapat mencapai ukuran 79,5 cm dan berat 4 kilogram, menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2017 di Journal of Asia-Pacific Biodiversity.
Jurnal tersebut dipublikasikan dengan judul "Tri-spine horseshoe crab, Tachypleus tridentatus (L.) in Sabah, Malaysia: the adult body sizes and population estimate" dan merupakan jurnal akses terbuka.
Untuk spesies terbesar yang pernah ada, status itu kemungkinan akan diberikan kepada anggota kalajengking laut yang sekarang sudah punah, sebuah kelompok yang secara ilmiah dikenal sebagai eurypterid.
Fosil menunjukkan bahwa banyak dari predator laut purba ini bahkan akan menyaingi manusia dalam ukuran.
Spesies terbesar dari kelompok ini adalah Jaekelopterus rhenaniae, spesies yang ditemukan pada tahun 2007 yang memiliki panjang cakar hingga 46 cm.
Dari cakarnya, para peneliti memperkirakan bahwa tubuhnya memiliki panjang sekitar 2,5 m. Menjadikannya spesies ini tidak hanya araknida potensial terbesar, tetapi juga anggota terbesar dari seluruh kelompok yang berisi araknida.