Perjalanan Hidup Sosok Oppenheimer hingga Jadi Penemu Bom Atom

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 30 Juli 2023 | 07:00 WIB
J. Robert Oppenheimer dalam kehidupan nyata (kiri) dan diperankan oleh aktor Cillian Murphy (kanan) dalam film Oppenheimer. (Associated Press)

Nationalgeographic.co.id – Film Oppenheimer menceritakan sosok J. Robert Oppenheimer yang mendapatkan label 'bapak bom atom'. Oppenheimer mendapat ketenaran di seluruh dunia. Ceritanya tampil di banyak buku hingga kisahnya diangkat menjadi film.

Oppenheimer dibesarkan dalam keluarga Manhattan yaitu keluarga Yahudi yang kaya. Akan tetapi, dia merasa terbebani dengan menjadi orang Yahudi dan 'mencoba untuk berpura-pura bukan' sebagai Yahudi.

Masa kanak-kanaknya yang sepi diikuti oleh masa muda yang bermasalah. Dia bahkan menunjukkan tanda-tanda kecenderungan yang merusak. Oppenheimer sedang mencoba, seperti yang dia lakukan sepanjang hidupnya, untuk menemukan identitas dan kegemarannya.

Oppenheimer mengikuti jalur kebiasaan para ilmuwan AS pemula saat itu, menyelesaikan pendidikannya di Eropa. Pada tahun 1925, dia bergabung dengan Cavendish Laboratory yang dipimpin oleh Ernest Rutherford di Cambridge, Inggris. Oppenheimer dibimbing oleh pemenang hadiah Nobel dalam Fisika pada tahun 1948 untuk penemuannya dalam bidang sinar kosmik yakni Patrick Blackett.

Desas-desus tetap ada tentang insiden aneh yaitu Oppenheimer meninggalkan apel yang dicampur dengan bahan kimia--diyakini sianida --di meja Blackett. Bagaimanapun, Oppenheimer tidak senang: dia memiliki sedikit bakat untuk fisika eksperimental. Pindah ke lab Max Born di Göttingen, Jerman, hotspot teori fisika, sehingga dia menjadi pemain top.

Pada tahun 1929, Oppenheimer kembali ke Amerika Serikat untuk selamanya. Dia bekerja di California Institute of Technology di Pasadena dan University of California, Berkeley, membangun sekolah fisika teoretis Amerika.

Untuk waktu yang lama, Oppenheimer tidak menyadari kesulitan ekonomi di sekitarnya dan tidak begitu tertarik dengan urusan dunia. Kebangkitan politiknya pada pertengahan 1930-an terjadi sebagai konsekuensi dari kesulitan yang dia amati selama Depresi Besar (The Great Depression) dan penganiayaan yang semakin intensif terhadap orang Yahudi di Jerman. Dia tertarik pada Partai Komunis.

Ketika fisi nuklir ditemukan di Jerman pada tahun 1938, Proyek Manhattan dimulai untuk mengembangkan senjata atom. Fase terakhirnya adalah produksi bom, dengan Los Alamos National Laboratory didirikan pada tahun 1943.

Pembangkit tenaga listrik ini menggunakan sumber daya Proyek Manhattan lainnya yaitu tenaga otak dari Metallurgical Laboratory di Chicago; uranium-235 dari Oak Ridge, Tennessee; dan plutonium dari Hanford, Washington.

Oppenheimer tampaknya merupakan pilihan yang aneh sebagai pemimpin karena tidak pernah mengarahkan apa pun. Apa yang tidak diramalkan oleh siapa pun adalah kemampuannya yang luar biasa untuk menginspirasi rekan-rekannya.

Oppenheimer tidak pernah menyesali perannya dalam membuat bom. Dia melihat penyebaran bom atom melawan Jepang membantu mengakhiri Perang Dunia Kedua dengan cepat, menyelamatkan jutaan nyawa, meskipun telah membunuh sekitar 150.000 orang Jepang di Hiroshima dan Nagasaki.

Pada tahun 1947, dia menyatakan bahwa "fisikawan telah mengenal dosa". Belakangan, dia mengklarifikasi bahwa yang dia maksud adalah dosa karena bangga atas pencapaian mereka ketimbang dosa karena menyebabkan kehancuran.