Apakah Para Filsuf Yunani Kuno Mempercayai Keberadaan Alien?

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 1 Agustus 2023 | 09:00 WIB
Spekulasi tentang kehidupan alien sudah ada sejak zaman Yunani kuno, dan mungkin lebih jauh lagi. (cameraman / Adobe Stock)

Pemahaman kita tentang astronomi tidak terletak di pundak Plato dan Aristoteles, tetapi pada orang-orang sezaman mereka yang sering dilupakan.

Anaximander, jelas Brinkhof mencukil pernyataan Roush, "adalah orang pertama yang mengusulkan bahwa Bumi adalah benda yang mengambang di kehampaan tanpa batas, yang tidak ditahan oleh apa pun."

Anaximander adalah pemikir Yunani pertama yang memahami alam semesta sebagai kekosongan yang tak berujung. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Democritus, yang berangkat dari premis bahwa ada jumlah atom yang tak terbatas, juga berpendapat bahwa pasti juga ada jumlah dunia yang tak terbatas.

Kepercayaan akan keberadaan dunia lain juga dianut oleh sejumlah filsuf, termasuk Epicurus. Ia pernah menulis kepada sejarawan Herodotus, bahwa "ada sejumlah kosmos yang tidak terbatas, dan beberapa di antaranya mirip dengan dunia ini, dan ada pula yang berbeda."

Di Romawi Kuno, meskipun samar, keyakinan adanya dunia lain masih bertahan: Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang unik dan sendirian. Penyair Romawi Lucretius pernah menulis, "dan oleh karena itu, di wilayah lain pasti ada bumi lain yang dihuni oleh suku-suku manusia yang berbeda dan jenis-jenis binatang."

Revolusi Ilmiah

Meskipun Plato dan Aristoteles hidup di dunia pra-Kristen, gagasan mereka tentang alam semesta membantu membentuk doktrin iman Kristen. Selama Abad Pertengahan, kepercayaan ini menyatakan bahwa Bumi diciptakan oleh Tuhan sebagai pusat alam semesta. 

Brinkhof menjelaskan, Kisah Yesus Kristus, yang mengorbankan diri-Nya untuk menghapuskan dosa-dosa manusia, meneguhkan kembali posisi manusia sebagai makhluk yang paling penting di antara semua ciptaan. 

“Jika dunia lain ada, mereka tidak mungkin dihuni. Karena jika memang ada, maka secara otomatis hal ini akan mengurangi arti penting penyaliban,” jelas Brinkhof.

Doktrin-doktrin Gereja tidak menghentikan polimatik Polandia, Nicolaus Copernicus, untuk mengajukan gagasan tentang alam semesta. Ia menulis ‘On the Revolution of the Celestial Spheres’, “tapi mereka mencegah untuk menerbitkannya.”

Buku ini, yang tidak diterbitkan hingga kematiannya pada tahun 1543, memetakan sebuah sistem antar planet yang tidak mengelilingi Bumi, melainkan mengelilingi matahari.