Apakah Para Filsuf Yunani Kuno Mempercayai Keberadaan Alien?

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 1 Agustus 2023 | 09:00 WIB
Spekulasi tentang kehidupan alien sudah ada sejak zaman Yunani kuno, dan mungkin lebih jauh lagi. (cameraman / Adobe Stock)

Biarawan Dominikan, matematikawan, dan ahli teori kosmologi, Giordano Bruno, tidak menunggu hingga kematiannya untuk membagikan ide-idenya tentang alam semesta. 

Dalam tiga dialog yang diterbitkan antara tahun 1584 dan 1591, Bruno berspekulasi bahwa beberapa bintang yang jauh mungkin juga merupakan matahari. Matahari-matahari ini diorbiti oleh planet-planetnya sendiri. Dan yang tak kalah penting, bahwa beberapa planet ini mungkin dihuni oleh kehidupan yang mirip dengan Bumi.

Bruno kemudian ditangkap, dibakar di tiang pancang setelah tujuh tahun dipenjara dan disiksa. Menurut Brinkhof, ia ditangkap bukan karena pandangannya tentang luar angkasa, namun karena “ketertarikan Bruno terhadap sihir dan okultisme mungkin yang menyebabkan dia ditangkap pada tahun 1592.”

Astronom Jerman, Johannes Kepler, hidup dan bekerja dalam situasi yang berbeda. Kepler lahir di Jerman setelah Reformasi Protestan, yang berarti ia dapat menerbitkan penelitiannya tanpa takut akan penganiayaan.

Ia sangat dipengaruhi oleh penemuan bulan-bulan Jupiter oleh Galileo Galilei, yang mengitari planet ini dengan cara sama seperti Bumi mengitari matahari.

"Setiap planet," Kepler menyimpulkan setelah membaca karya Galileo, "dilayani oleh satelit-satelitnya sendiri. Dari penalaran ini, kami menyimpulkan dengan tingkat probabilitas tertinggi bahwa Jupiter berpenghuni."

Era baru ketidakpercayaan

Brinkhof menjelaskan, tidak semua peserta Revolusi Ilmiah percaya akan keberadaan alien. Galileo, seorang penganut Katolik yang taat, menganggap spekulasi tentang alien sebagai "penisataan".

Potret William Whewell. (Welcome Images / Wikimedia Commons)

William Whewell, seorang polimatik Inggris, berargumen menentang teori pluralisme-dunia untuk mempertahankan hubungan khusus antara Tuhan dan manusia.

“Uniknya, tesisnya [William Whewell] termotivasi oleh agama, yang diuraikan dalam sebuah buku tahun 1853 berjudul ‘Of the Plurality of Worlds’, terbukti lebih akurat secara ilmiah daripada para astronom kafir yang dikritiknya,” jelas Brinkhof.

Whewell menemukan sekutu dalam diri Alfred Russell Wallace, seorang naturalis Inggris yang turut merumuskan teori evolusi melalui seleksi alam bersama Charles Darwin.

Wallace berpendapat bahwa Bumi hampir pasti merupakan satu-satunya planet berpenghuni di tata surya kita. Bahkan menurut Wallace, jika ada kehidupan lain di alam semesta, maka tidak akan pernah bisa mencapai tingkat kerumitan seperti yang kita temukan di Bumi.

Meskipun Whewell dan Wallace diabaikan oleh orang-orang sezamannya, tulisan mereka menjadi awal dari era baru pesimisme kosmologis.