Mitologi Yunani: Kisah Achilles dalam Pertempuran Troya, Apakah Nyata?

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 3 Agustus 2023 | 11:00 WIB
Achilles adalah seorang pahlawan Yunani kuno dalam legenda Perang Troya abad ke-8 SM. (History extra)

Nationalgeographic.co.id—Peristiwa dan tokoh-tokoh Perang Troya begitu melegenda sehingga hampir tidak mungkin untuk mempercayai kebenarannya. Untuk ukuran dunia kuno, perang tersebut adalah perang yang melampaui batas kemampuan masa itu.

Kisah-kisah tentang para tokoh dalam cerita ini juga tak kalah hebatnya. Sebagai keturunan dewa, para pahlawan Perang Troya menunjukkan kekuatan, keberanian, dan daya tahan yang nyaris mustahil.

Berbicara Perang Troya, mungkin tidak ada pahlawan yang lebih menonjol daripada Achilles. Dikatakan, ia memiliki kemampuan yang tak terkalahkan dalam pertempuran, tubuhnya hampir sepenuhnya kebal terhadap serangan.

Begitu hebatnya kisah pahlawan Perang Troya, mungkinkah tokoh-tokoh dalam peristiwa berdarah tersebut benar-benar eksis di dunia nyata?

“Selama berabad-abad, diasumsikan bahwa karakter seperti itu, seperti halnya perang yang ia jalani, sepenuhnya merupakan produk legenda,” tulis Mike Greenberg, pada laman Mythology Source. “Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa mungkin ada sedikit kebenaran dalam kisah Achilles dan perannya dalam Perang Troya.”

Achilles dalam Perang Troya

Achilles telah dikenal sebagai salah satu pahlawan terbesar dalam Perang Troya. Ia pertama kali dikenalkan oleh Homer dalam Iliad, dan kemudian menjadi karakter favorit para penulis dan seniman setelahnya.

Dalam mitologi Yunani, Achilles adalah manusia setengah dewa. Ibunya, Thetis, adalah seorang nimfa Nereid yang telah menikah dengan Peleus, raja Phthia.

Meskipun Iliad tidak menyebutkan bahwa Achilles adalah raja yang memiliki ilmu kebal, namun kisah-kisah selanjutnya menyatakan bahwa Thetis berusaha membuat putranya menjadi abadi.

Satu sumber menyatakan bahwa Achilles dicelupkan ke dalam Sungai Styx, sumber lain menahannya di atas api untuk membakar esensi fana.

Namun, apa yang Homer jelaskan adalah bahwa Thetis tahu bahwa putranya ditakdirkan untuk mati di usia muda. Thetis diberitahu oleh seorang peramal bahwa Achilles akan memiliki pilihan antara hidup yang panjang tapi biasa-biasa saja atau pendek namun mulia.

Meskipun Thetis mencoba melindunginya dari perang, Achilles memilih jalan kemuliaan. Dia berlayar ke Troy bersama 2.500 prajurit Myrmidon.

Menurut Homer, Achilles tampil menonjol selama perang yang berlangsung selama sepuluh tahun itu. Achilles memimpin pasukan Yunani dengan tujuan untuk menjaga kehormatannya sendiri.

Agamemnon, putra dari raja Atreus dan Ratu Aerope, mengambil hadiah perang yang seharusnya dimiliki oleh Achilles. Tindakan ini melanggar kehormatan Achilles dan menjadi salah satu pemicu pertengkaran hebat antara keduanya. Karena hal tersebut, Achilles memutuskan untuk meninggalkan perang.

Tanpa kehadiran Achilles, pasukan Yunani mulai mengalami kesulitan dalam menghadapi pasukan Troya yang dipimpin oleh pangeran Hector.

Patroclus, sahabat dekat Achilles, merasa terpanggil untuk membantu pasukan Yunani. Ia meminta izin kepada Achilles untuk meminjam baju besi dan menggantikan posisinya di medan perang untuk mengintimidasi pasukan Troya.

Namun sayang, Patroclus terbunuh oleh pangeran Hector yang merupakan salah satu pahlawan utama pihak Troya. Hal ini membakar Achilles untuk kembali ke dalam medan pertempuran.

Kini Achilles tidak hanya bertempur untuk kepentingan dirinya sendiri, namun juga untuk membalas kematian temannya. Achilles menebas sejumlah pejuang Troya sebelum akhirnya mengalahkan Hector, orang yang telah membunuh Patroclus. 

Iliad berakhir dengan Achilles menyetujui gencatan senjata sementara, sehingga orang-orang Troya dapat menguburkan jenazah Hector dengan hormat. Namun karya-karya selanjutnya melanjutkan kisahnya.

Achilles tewas setelah dipanah di tumitnya oleh Pangeran Paris dari Troya. Namun ternyata, ia hanyalah pion di balik rencana para dewa. (Peter Paul Rubens)

Dalam Iliad, kata-kata terakhir Hector adalah ramalan bahwa Achilles akan mati di akhir perang. Dia akan ditembak dengan panah oleh Paris. Para penulis kemudian mengembangkan bagian cerita ini. Dalam kisah-kisah Perang Troya yang diperluas, Achilles meninggal saat pengepungan terakhir kota tersebut.

Kisah Achilles dalam Interpretasi Modern

Tokoh-tokoh dan peristiwa Perang Troya telah lama dianggap sebagai mitos belaka. Namun, menurut Mike, seiring berjalannya waktu, “semakin banyak bukti yang muncul untuk menentang anggapan ini.”

Pada abad ke-19, Mike menjelaskan, reruntuhan sebuah kota dari Zaman Perunggu akhir ditemukan di tempat yang sekarang disebut Turki. “Lokasi dan fitur kota ini cocok dengan deskripsi Homer tentang kota Troy.”

Para sejarawan umumnya percaya bahwa Homer menulis sekitar tahun 700 SM. Berdasarkan kronologi kejadiannya, ini berarti Perang Troya terjadi sekitar tahun 1200 SM.

“Situs arkeologi Troy menunjukkan tanda-tanda kehancuran dari waktu yang hampir bersamaan,” jelas Mike. “Hal ini menegaskan kepada banyak orang bahwa ada perang besar yang terjadi di situs tersebut di dekat waktu Perang Troya yang legendaris.”

Reruntuhan kota legendaris Troy di provinsi Canakkale, Turki barat. (Via Daily Sabah)

Artefak-artefak Mycenaean dari Troy menunjukkan bahwa orang-orang di sana memiliki hubungan yang erat dengan tetangga Yunani mereka. Melalui artefak tersebut, peluang konflik antara keduanya semakin mungkin terjadi. 

Selain itu, para arkeolog juga menemukan beberapa bukti lainya seperti apa yang telah disebutkan oleh Homer.

“Semua penemuan ini tampaknya menunjukkan bahwa kisah Homer tentang Perang Troya tidak sepenuhnya didasarkan pada fiksi,” jelas Mike.

Namun, pertanyaannya, apakah salah satu karakter spesifik yang disebutkan Homer adalah nyata? Mike menjelaskan, “Achilles dan para pahlawan lainnya mungkin hanya merupakan hasil imajinasi sang penulis.”

Ketika elemen-elemen supranatural dilucuti, mungkin Achilles dapat menjadi sosok yang jauh lebih realistis. Tanpa unsur-unsur mitologi ini, Achilles adalah seorang pejuang dan perampok terampil yang mencari kejayaan dalam pertempuran.

“Berdasarkan apa yang telah ditemukan tentang sejarah Yunani dan Troy pada akhir Zaman Perunggu, tampaknya semakin masuk akal bahwa Achilles dan pahlawan lain dari Perang Troya mungkin didasarkan pada legenda yang diwariskan oleh para pejuang sejati abad ke-13 SM,” pungkas Mike.