Hal itu yang menjelaskan mengapa ada lebih banyak fauna Asia yang ditemukan di Australia dibandingkan dengan sebaliknya.
“Jika Anda bepergian ke Kalimantan, Anda tidak akan melihat mamalia berkantung, tetapi jika Anda pergi ke pulau tetangga Sulawesi, Anda akan melihatnya," kata Alex Skeels dari ANU.
"Sebaliknya, Australia kekurangan mamalia khas Asia, seperti beruang, harimau, atau badak."
Menurut Skeels, distribusi spesies di dunia hewan yang tidak merata di kedua sisi Garis Wallace ini sebagian disebabkan oleh perubahan lempeng tektonik purba. Perubahan lempeng itu terjadi sejak 45 juta tahun yang lalu.
Pada akhirnya, perubahan itu menyebabkan "benturan benua" yang mengubah komposisi geografis dari Bumi dan juga perubahan iklim.
“Sekitar 35 juta tahun yang lalu, Australia terletak lebih jauh ke selatan dan terhubung dengan Antarktika,” katanya.
“Di beberapa titik dalam garis waktu Bumi, Australia memisahkan diri dari Antarktika dan selama jutaan tahun begerak ke utara, menyebabkannya menabrak Asia."
"Tabrakan itu melahirkan pulau-pulau vulkanik yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia.”
Menurutnya, pulau-pulau di Indonesia berfungsi sebagai “batu loncatan” bagi hewan dan tumbuhan yang berasal dari Asia. Beberapa spesies di dunia hewan dan tumbuhan kemudian dapat mencapai Nugini dan Australia bagian utara, dan sebaliknya.
“Penelitian kami menunjukkan jauh lebih banyak kelompok fauna Asia yang menyeberang dan menetap di Australia daripada di arah sebaliknya,” kata Skeels.
Namun seperti yang dijelaskan oleh para peneliti ANU, pergeseran lempeng tektonik hanyalah salah satu bagian dari teka-teki dalam menjelaskan migrasi spesies Asia ke Australia.