Kecepatan menukik elang peregrine (Falco peregrinus) tercatat lebih dari 200 mph (322 km/jam), menurut Guinness World Records.
Faktanya, mereka mungkin menyelam dengan kecepatan 350 mph (563 km/jam), meskipun para ilmuwan belum secara resmi mendokumentasikan kecepatan setinggi itu.
"Cukup banyak burung yang bisa terbang lebih cepat daripada citah," kata Hutchinson.
Walet biasa (Apus apus) berdasarkan hasil pengukuran, mampu terbang 69 mph (111 km/jam). Sementara walet jarum leher putih (Hirundapus caudacutus) diperkirakan mencapai kecepatan 105 mph (169 km/jam), menurut National Audubon Society.
Lautan juga memiliki daftar elit spesies tercepat. Ikan marlin hitam (Istiompax indica) misalnya, mereka memiliki kecepatan 80 mph (129 km/jam), menurut Britannica.
Kemudian juga ada ikan todak (Xiphias gladius) dan ikan layar (Istiophorus) yang dapat mencapai kecepatan 60 mph (97 km/jam) dan 68 mph (109 km/jam), menurut data dari ReefQuest Center for Shark Research.
Jadi, meskipun citah layak mendapat tempat di antara hewan tercepat di planet ini, ia mendapat bagian yang tidak semestinya dari pusat perhatian.
Salah satu alasannya, kata Hutchinson, adalah sebagian besar kecepatan hewan belum dipelajari secara menyeluruh.
Kecepatan kuda pacu, citah, bulldog, dan unta telah diukur dengan hati-hati dan berulang kali. "Peneliti bahkan memverifikasi bahwa hewan-hewan itu mengerahkan diri sepenuhnya," katanya.
Tetapi kebanyakan catatan kecepatan hewan lain hanya berdasarkan pengamatan dan perkiraan, kata Hutchinson.
"Mereka memberi kita gambaran tentang seberapa cepat hewan-hewan ini bergerak, tetapi perkiraannya tidak (cukup) data yang baik untuk seorang ilmuwan yang kritis," katanya.