Sehidup Semati, Selidik Hubungan Viking dengan Kuda Peliharaannya

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 5 Agustus 2023 | 14:00 WIB
Ilustrasi salah satu kuburan dengan Viking dan kuda, karya Mirosław Kuźma. (Leszek Gardeła / The Conversation)

Nationalgeographic.co.id—Apakah Anda menganggap hewan peliharaan sebagai salah satu bagian dari keluarga? Hal ini bukanlah sesuatu yang baru.

Joshua J. Mark, seorang penulis dan akademisi dari Amerika, menyatakan bahwa bangsa Viking menjadikan beberapa hewan sebagai peliharaan.

Bangsa Viking memelihara anjing dan kucing sebagai hewan peliharaan dan keduanya muncul dalam ikonografi dan literatur religius Nordik.

Bangsa Nordik juga memelihara beruang dan burung peliharaan, seperti alap-alap, elang, dan burung merak,” tulisnya pada laman World History Encyclopedia.

Baru-baru ini, Keith Ruiter dan Harriet Evans Tang, dilansir pada laman The Conversation, menyatakan bahwa bangsa Viking sangat menyayangi hewan peliharaan mereka, bahkan sangat akrab. Tak jarang mereka membawa hewan kesayangannya dalam perjalanan.

“Awal tahun ini, untuk pertama kalinya ditemukan bukti ilmiah bahwa–sejak abad ke-9–bangsa Viking membawa kuda, anjing, dan hewan lainnya untuk menyeberangi Laut Utara,” tulis Keith Ruiter, selaku penulis utama.

Masyarakat masa lalu peduli terhadap manusia, hewan, dan benda-benda dengan cara yang berbeda.

Beberapa manusia dapat dimiliki, bahkan dipandang sebagai objek, dan dihargai jauh lebih rendah daripada hewan.

Menurut Keith, hubungan-hubungan dramatis antara orang-orang Viking dengan hewan peliharaannya jarang dimengerti oleh masyarakat saat ini.

Lantas mengapa? Bukankah, sebagian besar orang yang hidup pada zaman Viking mengandalkan pertanian untuk bertahan hidup.

Mengapa butuh waktu lama bagi para peneliti untuk menyadari bahwa manusia dan hewan memiliki hubungan yang mendalam, kompleks, emosional, dan saling menguntungkan?

Dalam penelitian ini, Keith menjelaskan, “kami menggunakan arkeologi dan teks untuk menunjukkan bahwa beberapa kuda di masyarakat seperti di Skandinavia dan Islandia pada zaman Viking dapat dilihat sebagai "manusia" itu sendiri, yang memiliki hak untuk bertindak dan layak diperlakukan dengan hati-hati dan disengaja.”

Kuda di Kuburan Manusia

Keith menjelaskan, kuda pada zaman Viking dipandang sebagai makhluk liminal. Artinya ia mampu melewati batas-batas fisik dan konseptual, melakukan perjalanan yang di medan berbeda, bahkan di antara dua dunia. 

“Mereka juga memiliki makna kosmologis” jelas Keith, “Puisi Nordik menggambarkan dewa Odin berkuda ke tanah kematian dengan kuda berkaki delapan, Sleipnir.”

Keberadaan hewan yang dikaitkan dengan kosmologi, memang bukanlah hal yang aneh bagi orang-orang Viking. Kucing dan anjing juga memiliki peran penting dalam sistem kepercayaan mereka.

Seperti apa yang telah dijelaskan oleh Joshua, “Dalam mitos dan legenda Skandinavia, anjing merupakan penjaga dunia bawah dan salah satu alasan memasukkan seekor anjing ke dalam kuburan mungkin adalah untuk memberikan petunjuk bagi orang mati.”

Seperti halnya anjing, tubuh kuda di pemakaman zaman Viking telah ditafsirkan sebagai simbol perjalanan ke akhirat. Ia menjadi bagian dari harta benda orang yang meninggal di alam baka, atau sebagai simbol status.

Namun, menurut Keith, interpretasi di atas telah melewatkan sesuatu yang penting, “ikatan antara kuda dan penunggangnya.”

“Kuda memiliki hubungan khusus dengan penunggangnya, karena keduanya harus belajar untuk bekerja sama satu sama lain.” jelasnya. Dalam puisi Nordik (beberapa di antaranya terkait dengan zaman Viking), kuda adalah bagian penting dari identitas prajurit. 

Puisi legendaris tentang pahlawan Helgi dan Sigurd menggambarkan para pahlawan yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kuda mereka. Grani, kuda Sigurd sang pembunuh naga misalnya, digambarkan sedang berduka atas kematian Sigurd.

Bukti kemitraan antara manusia dan kuda telah ditemukan di pemakaman-pemakaman di seluruh Eropa utara. Keith menjabarkan, “mulai dari pemakaman kapal besar di Ladby dan Gokstad, pemakaman berkuda di Denmark pada abad kesepuluh, hingga pemakaman manusia-kuda yang lebih sederhana di Islandia pada zaman Viking.”

Ilustrasi manusia dengan kuburan kuda di Trekroner-Grydehøj, karya Mirosław Kuźma. (Leszek Gardeła/The Conversation)

Di sisi lain, ini bukan sekadar kuda yang dimakamkan dengan manusia. Di Trekroner-Grydehøj, Denmark, seorang wanita dikuburkan bersama kuda dengan posisi yang intim.

Salah satu kakinya sebagian tumpang tindih dengan tubuh manusia (atas). Diduga, wanita tersebut adalah seorang ahli ritual, atau mungkin seorang penyihir.

Di Norwegia, sebuah pemakaman dari abad ke-10 juga memiliki seekor kuda yang dibaringkan di samping seorang wanita. Seperti sebelumnya, wanita ini juga diduga sebagai ahli ritual.

Apakah para wanita ini dikuburkan bersama kuda-kuda ini karena mereka memiliki hubungan khusus? Atau karena mereka adalah penyihir? Lantas apakah menjadi penyihir membutuhkan hubungan dekat dengan hewan-hewan ini? 

“Kami percaya bahwa, di antara ritual-ritual lainnya, kuda-kuda tampaknya telah menjadi peran penting dalam proses dan praktik pemakaman,” jelas Keith.

Teladan Viking

Sangat menarik, bahwa ada desakan berulang kali dalam puisi Norse dan hikayat abad pertengahan bahwa para pemuda harus berlatih merawat dan melatih kuda.

Kuda dianggap sebagai mitra dalam bertani dan bahkan sering kali menjadi anggota keluarga dalam teks-teks ini.

“Di masa pergolakan ekologi, melihat ke masa lalu untuk memahami hubungan yang dimiliki manusia dengan hewan dapat menginspirasi pendekatan yang berbeda untuk masa kini dan masa depan, kata Keith.

Melalui para viking dan kuda mereka, Keith berharap, “dapat mendorong kita semua untuk terus mendorong hubungan yang lebih bertanggung jawab dengan dunia non-manusia.”