Namun, perubahan iklim menyebabkan peralihan kembali ke hutan hujan, yang hanya memungkinkan kelangsungan hidup hewan yang lebih kecil dan Homo sapiens .
Mempelajari struktur kimiawi fosil gigi mamalia, dan membandingkannya dengan lebih dari 250 pengukuran baru mamalia Asia Tenggara modern, para peneliti melihat apakah hewan purba lebih banyak memakan rumput atau daun tropis.
Ini memungkinkan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi lingkungan dan perubahan iklim pada periode sejarah yang berbeda.
Seratus ribu tahun yang lalu megafauna raksasa yang makan bersama Homo erectus di iklim kaya rumput di Asia Tenggara terdiri dari stegodon, hyena, kerbau, badak Asia, hyena besar, tapir, rusa, kambing.
Ada juga Gigantopithecus, mewakili primata terbesar yang pernah hidup, berukuran tinggi sepuluh kaki atau sekitar 3,05 meter dan beratnya lebih dari setengah ton atau sekitat 453 kilogram.
Nenek moyang manusia purba memburu hewan-hewan itu. Namun selain karena perburuan, semua spesies ini punah karena perubahan iklim menyebabkan hilangnya padang rumput.
Apa artinya ini dalam istilah hari ini, profesor Julien Louys mengungkapkan "Hewan besar yang kita tinggali saat ini akan musnah oleh pemanasan global."
Dr. Louys melanjutkan, "Gorila, singa, harimau, badak sebagai salah satu binatang darat besar yang akan hilang selamanya. Kecuali jika emisi karbon dikurangi secara drastis dan cepat."
Saat ini megafauna hutan hujan masuk dalam daftar terancam punah di seluruh wilayah Asia sebagai akibat langsung dari keberhasilan penguasaan manusia atas satwa liar di belahan dunia ini.
Melalui Daily Mail, Dr. Louys menjelaskan bahwa alih-alih mendapatkan keuntungan dari perluasan hutan hujan selama beberapa ribu tahun terakhir, mamalia Asia Tenggara berada di bawah ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ancaman itu berasal dari tindakan manusia, yang mengambil alih hutan hujan yang luas melalui perkotaan, ekspansi, penggundulan hutan dan perburuan berlebihan. Hal ini menempatkan kita pada risiko kehilangan beberapa megafauna terakhir yang masih hidup.
Kenyataan lain, ada situasi mengerikan di Amazon Brasil sehubungan dengan perdagangan satwa liar ilegal. Penelitian ini mengungkapkan bahwa jutaan burung, ikan tropis, kura-kura, dan mamalia diambil dari alam liar dan diperdagangkan ke berbagai negara.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa tanpa tindakan segera, perdagangan ini tidak hanya membahayakan satwa liar, tetapi juga menghancurkan ekosistem dan membahayakan kesehatan masyarakat.