Nationalgeographic.co.id—Sejarah Romawi kuno menyimpan banyak misteri. Salah satunya ada perkumpulan agama rahasia Roma kuno berupa kultus pemujaan. Mulai dari Kultus Galli hingga Isis, kelompok-kelompok ini dirahasiakan.
Anggota kultus sebelumnya telah melakukan sumpah setia dan untuk menegakkan tradisi kuno mereka. Lalu, bagaimana sejarah kepercayaan pada zaman Romawi kuno?
Keyakinan Agama Romawi Tradisional
Agama Roma kuno adalah sistem ritual dan kepercayaan yang kompleks yang berputar di sekitar pemujaan dewa dan dewi. Hal ini berasal dari masa-masa awal kota dan merupakan perpaduan antara praktik keagamaan asli Italia dan impor Yunani.
Agama berkembang dari waktu ke waktu dan memasukkan dewa dan praktik baru saat Roma memperluas wilayahnya. Dewa tradisional dipandang sebagai penjaga negara, dan pemujaan mereka merupakan bagian penting dari kehidupan sipil.
Pada abad ke-1 M, agama Romawi merupakan sistem ritual dan kepercayaan yang kompleks yang merupakan bagian penting dari kehidupan sipil.
Agama Romawi dicirikan oleh rasa tanggung jawab dan disiplin yang kuat, dan individu diharapkan untuk memberikan persembahan dan melakukan ritual untuk memastikan kebaikan para dewa.
Terlepas dari pentingnya agama dalam kehidupan Romawi, orang Romawi kuno sangat curiga terhadap perkumpulan rahasia.
Alasannya tidak sepenuhnya jelas, tetapi diyakini bahwa mereka mengkhawatirkan potensi kelompok-kelompok ini untuk melemahkan otoritas negara atau terlibat dalam praktik yang dianggap tidak bermoral atau tidak etis.
Kultus Cybele dan Galli
Kultus Cybele adalah agama populer dalam sejarah Romawi kuno. Berpusat pada pemujaan dewi Cybele, yang dipandang sebagai sosok ibu dan pelindung kota.
Penyembahan dewi Cybele awalnya merupakan praktik Frigia yang diperkenalkan ke Roma pada abad ke-3 SM. Pada abad ke-2 SM, itu telah menjadi agama resmi negara, tetapi orang Romawi tetap merasa tidak nyaman dengannya.
Kultus mencapai puncak popularitasnya selama akhir Republik dan awal Kekaisaran tepatnya abad ke-2 SM hingga abad ke-2 M.
Salah satu elemen paling kontroversial dari kultus ini adalah bagaimana para pengikutnya, yang dikenal sebagai Galli bertindak. Galli mendapatkan popularitas di Roma selama akhir Republik dan awal Kekaisaran.
Para pendeta ini dikenal karena ritual mereka yang liar dan luar biasa. Mereka sering kali melibatkan pencambukan diri dan tindakan mutilasi diri lainnya. Galli diyakini memiliki kekuatan magis, dan kehadiran mereka sering dianggap sebagai ancaman terhadap tatanan sosial.
Karena Galli sering terpinggirkan dan dikucilkan dari masyarakat arus utama, kultus mereka mungkin telah memberikan rasa memiliki dan kebersamaan bagi mereka yang merasa sama-sama tersisih dari masyarakat.
Kultus Mithraisme
Masyarakat rahasia lain yang populer di sejarah Romawi kuno adalah Mithraisme, sebuah agama yang berpusat pada pemujaan dewa Mithras.
Agama ini eksklusif untuk laki-laki. Dikenal dengan ritus inisiasinya, agama ini melibatkan serangkaian ujian yang dirancang untuk menguji kesetiaan dan keberanian calon pengikutnya.
Mithraisme diperkenalkan ke Roma pada abad ke-1 M dan mendapatkan popularitas di kalangan tentara dan anggota elit Romawi. Tampaknya telah mencapai puncak popularitasnya selama abad ke-2 dan ke-3 Masehi.
Mithraisme populer karena menekankan kesetiaan, disiplin, dan keberanian. Agama ini juga sangat eksklusif, dengan ritus inisiasi dan hierarki peringkat, yang mungkin menarik bagi mereka yang mencari rasa memiliki dalam kelompok tertentu.
Kultus Isis
Kultus Isis berpusat pada pemujaan dewi Isis, yang dipandang sebagai figur ibu dan penyembuh. Kultus ini populer di kalangan orang-orang dari semua lapisan masyarakat karena menjanjikan hubungan pribadi dengan dewi dan kemungkinan keselamatan di akhirat.
Penekanan kultus pada sihir dan misteri juga menarik bagi mereka yang mencari bentuk pemujaan yang lebih eksotis dan esoterik.
Penyembahan Isis berasal dari Mesir pada milenium ke-3 SM dan menyebar ke seluruh dunia Mediterania pada periode Helenistik.
Kultus ini diperkenalkan ke Roma pada abad ke-2 SM tetapi tidak mendapatkan popularitas yang luas hingga abad ke-1 Masehi. Kultus tetap populer di seluruh Kekaisaran Romawi dan sekitarnya.
Terlepas dari popularitas perkumpulan rahasia ini, otoritas Romawi sering mencurigai aktivitas mereka dan berusaha menekan mereka.
Metode yang digunakan untuk menekan kelompok-kelompok di atasi bervariasi. Akan tetapi, sering melibatkan kombinasi tindakan hukum, pengucilan sosial, dan bahkan kekerasan.
Dalam beberapa kasus, seluruh kelompok dilarang dan anggotanya menjadi sasaran penganiayaan dan hukuman.
Secara khusus, negara Romawi prihatin dengan penyebaran praktik keagamaan yang tidak sah dan berpotensi subversif, dan sering mengambil langkah untuk menekannya. Galli menjadi sasaran umum kontrol negara.
Pada 101 SM, Senat Romawi mengesahkan undang-undang yang melarang warga negara Romawi mengebiri diri sendiri atau orang lain. Undang-undang ini kemungkinan besar ditujukan pada Galli, yang dipandang sebagai ancaman terhadap maskulinitas Romawi dan norma sosial.
Kekristenan Awal sebagai Agama Misteri?
Kekristenan mula-mula tidak dianggap sebagai agama misteri dalam pengertian yang sama seperti agama-agama seperti di atas.
Agama misteri dicirikan oleh sifatnya yang eksklusif dan tertutup, dengan ritus inisiasi dan ajaran rahasia disediakan untuk anggota kultus terpilih. Kekristenan awal, sebaliknya, terbuka untuk semua orang yang ingin bergabung, tanpa memandang status sosial atau latar belakang dalam sejarah Romawi kuno.