Meskipun Odaenathus telah memiliki seorang putra dari pernikahan pertamanya, Zenobia melahirkan seorang putra lagi yang kemudian dikenal sebagai Vaballathus atau Wahballat.
Kelahiran putra mereka semakin mengamankan posisinya dalam lanskap politik Palmyra.
Pemerintahan Odaenathus menjadi saksi perluasan Kekaisaran Tadmur, saat ia dengan terampil menyeimbangkan kesetiaannya antara Roma dan kekuatan regional di Timur Tengah.
Dia adalah pemimpin yang cerdas dan efektif, berhasil menahan Kekaisaran Sassania Persia sementara juga mempertahankan dukungan Roma.
Zenobia, tanpa diragukan lagi perannya sangat berpengaruh dan kecerdasannya berkontribusi pada kesuksesan Palmyra.
Pernikahan mereka tidak ditakdirkan untuk bertahan lama. Pada tahun 267 M, Odaenathus dan putra sulungnya dibunuh secara misterius.
Meskipun detail pasti kematian mereka diperdebatkan di antara para sejarawan, peristiwa tragis ini akan menjadi panggung bagi kenaikan kekuasaan Zenobia yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sang ratu menjadi permaisuri yang berkuasa, merebut kendali kekuasaan di dunia yang didominasi laki-laki.
Zenobia Naik Takhta
Kematian mendadak dan tragis suaminya, Odaenathus, pada tahun 267 M, Zenobia menemukan dirinya didorong ke dalam skenario politik yang rumit.
Sebagai ibu dari putra muda Odaenathus, Vaballathus, Zenobia muncul sebagai pelindung klaim putranya atas takhta Tadmur. Dia mengambil peran sebagai bupati, seolah-olah memerintah atas nama Vaballathus muda, yang masih kecil pada saat itu.
Namun, Zenobia tidak puas memerintah hanya sebagai penjaga kepentingan putranya. Dia dengan cepat mengambil alih kekuasaan. Di era ketika wanita jarang memegang posisi kekuasaan, naiknya Zenobia ke pucuk pimpinan Kekaisaran Tadmur merupakan anomali sejarah.