Nationalgeographic.co.id—Makan banyak buah dan sayuran. Berolahragalah secara teratur. Jangan merokok. Mengontrol tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol. Semua adalah nasihat untuk hidup sehat. Namun tampaknya nasihat itu tidak terlalu ampuh untuk kondisi sekarang. Pasalnya, paparan polusi menjadi salah satu kekhawatiran bagi penduduk Bumi belakangan ini.
Di Indonesia, pencemaran udara berada di tahap yang memprihatinkan. Contohnya, Indeks Kualitas Udara (AQI) pada 7 Agustus 2023 adalah 162 dan masuk dalam kategori tidak sehat.
Buruknya kualitas udara dapat berpengaruh pada kesehatan seseorang. Di sisi lain, kita tidak mungkin terus-terusan berdiam diri di dalam rumah untuk menghindari polusi udara. Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mengurangi efek negatif dari kualitas udara yang buruk di kota besar?
Apa itu polusi?
Deskripsi sederhana tentang polusi adalah segala sesuatu masuk ke dalam lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia atau ekosistem. Ada banyak jenis polusi —udara, air, dan tanah — yang dapat berupa gas, logam berat, bahan kimia, bakteri, dan kebisingan.
Polusi udara luar ruangan termasuk pembakaran bahan bakar fosil (batubara, gas, minyak) dan kebakaran hutan. Hal ini menghasilkan gas berbahaya, kabut asap, dan jelaga yang berbahaya untuk dihirup.
“Polusi udara adalah lingkaran yang kompleks dan ganas,” tulis Wynne Armand, MD di laman Harvard Health Publishing. Efek toksiknya diperburuk oleh peningkatan suhu. Temperatur yang lebih tinggi pada gilirannya meningkatkan risiko kebakaran hutan yang tidak terkendali dan penggunaan energi (AC).
Keduanya dapat melepaskan gas rumah kaca yang selanjutnya mendorong perubahan iklim. Pada akhirnya, perubahan iklim meningkatkan suhu dan menyebabkan cuaca ekstrem di seluruh dunia.
Polusi udara memberikan dampak kesehatan serius, baik secara nasional dan secara global.
Bagaimana polusi udara memengaruhi kesehatan?
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar partikel halus udara luar berhubungan dengan peningkatan rawat inap untuk berbagai penyakit. “Seperti jantung, stroke, diabetes, pneumonia, eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik, dan masalah kesehatan serius lainnya,” tambah Armand.
Sebuah studi yang diterbitkan tahun 2021 mengamati model global tingkat polusi dan penilaian risiko populasi dunia selama 14 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa pembakaran bahan bakar fosil berkontribusi pada hampir sembilan juta kematian dini di seluruh dunia pada tahun 2018. Sebagian besar kematian ini disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.