Bergerak ke Bumi Lestari: Penyelamatan Lingkungan oleh Anak-Anak SD

By Utomo Priyambodo, Selasa, 15 Agustus 2023 | 07:00 WIB
Mochamad Zamroni, Presiden Tunas Hijau, sedang berdiri memberikan edukasi mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya serta pengelolaan sampah mandiri kepada anak-anak SD di markas Tunas Hijau di Surabaya. (Ricky Martin)

“Untuk pengambilan di toko kue lainnya, per harinya itu hanya mencapai 35 kilogram,” tambah Verlita.

Verlita juga telah memiliki 5 kampung adopsi dan 1 sekolah adopsi, tempat ia meysosialisasikan proyek lingkungannya ini. Sekolah yang dimaksud adalah SDN Rungkut Menanggal I Surabaya yang juga merupakan sekolahnya.

Atas aksinya itu, Ferlita kemudian meraih Juara 3/Runner Up 2 Putri Lingkungan Hidup tahun 2022. Selain itu, ia juga mendapat Juara 1 Keluarga Sadar Iklim 2022 yang juga diselenggarakn oleh Tunas Hijau.

Senada dengan Verlita, Bhre Bhawana Praja Kawula (11) juga mengaku terinspirasi dengan adanya ajang Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup yang diadakan Tunas Hijau. Bocah laki-laki SD itu telah membuat proyek pengolahan sampah puntuk rook menjadi produk kerajinan tangan yang bernilai jual.

Ide punting rokok itu berawal saat Bhre yang sedang bermain sepak bola bersama teman-temannya di lapangan. Dia resah dengan puntung rokok yang banyak berceceran di lapangan.

“Dari tahun lalu, saya pernah ikut lomba kegiatan lingkungan dan kita harus mengambil salah satu proyek tentang lingkungan. Saya ikut dan saat saya main ada banyak sampah puntung rokok yang terlihat," tutur Bhre.

Setelah mengadakan riset bersama ayahnya, Bhre sadar bahwa puntung rokok adalah salah satu sumber limbah plastik terbesar. Sampah ini berisiko tinggi untuk kesehatan serta lingkungan.

Rincinya, yang mungkin belum disadari banyak orang, puntung rokok terbuat dari selulosa asetat, bahan plastik buatan manusia. Selain itu, seperti dalam kandungan rokok yang masih utuh, puntung pun mengandung ratusan bahan kimia beracun.

Oleh karena itulah, Bhre kemudian mengajak teman-temannya untuk membersihkan lapangan bola dan mengumpulkan puntung rokok. Mereka juga melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah tentang bahaya membuang sampah sembarangan.

Bhre mengembangkan insiasi ini menjadi komunitas Otis. Otis punya arti ‘puntung rokok’ dalam bahasa slang Surabaya.

“Komunitas Otis itu artinya komunitas puntung rokok yang mengumpulkan sampah puntung rokok," ucap Bhre.

Komunitas ini telah bekerja sama dengan 15 kafe lokal dan mengumpulkan 30.000 puntung rokok yang sudah disulap menjadi lebih dari 100 kerajinan tangan serta lukisan. “Sampah puntung rokok saya buat jadi lukisan karena saya suka melukis,” ujar Bhre.