Samurai kemudian akan mempersembahkan kepala pertama yang diambil dalam pertempuran untuk dewa perang tertentu. Hal itu dikenal dengan sebutan chimatsui atau festival darah.
Penampilan kepala musuh yang dipenggal pun harus dalam kondisi sempurna. Seorang pemimpin akan mengamati dan memeriksa kepala musuh yang dipenggal. Saat itu, rambut harus diikat dengan gaya sakawage.
Selanjutnya, letakkan kepala di atas kain putih dengan kepala mengarah ke bawah kemudian dibungkus agar wajahnya tidak terlihat. Jika korban adalah seorang pemanah, samurai harus menunjukkan kepala dengan busur di hadapan tuannya.
Sebelum pemeriksaan, para wanita merias wajah dan mengatur rambut di kepala. Mereka juga mengoleskan pewarna penghitam gigi.
Samurai harus berhati-hati dengan penampilan mereka. Setiap samurai di Kekaisaran Jepang harus bersiap untuk mati dengan kesadaran bahwa kepala mereka akan diperiksa.
Riasan dan penggunaan wewangian dan kemenyan dianggap pantas. Jika ada bekas luka di kepala, maka bekas luka itu akan disembunyikan dengan tepung beras.
Potongan kepala musuh digunakan untuk meramal
Para samurai di Kekaisaran Jepang memiliki ritual yang ditentukan untuk kepala yang mereka kumpulkan. Hal itu termasuk meramal menggunakan kepala dan pengusiran setan.
Untuk meramal masa depan melalui kepala yang dipenggal, samurai akan melihat mulut dengan mengangkat bibir atas.
Jika rahang bawah menonjol ke depan melewati gigi atas, maka keberuntungan bagi pihak yang mengambil kepala. Jika gigi atas menonjol melewati rahang bawah, maka sial bagi pihak yang mengambil kepala.
Penghormatan harus ditunjukkan kepada kepala ini. Bila yang diambil adalah kepala keberuntungan maka biksu akan mengucapkan formula yang benar untuk menenangkan jiwa orang mati. Dan jika sebaliknya, ritual pengusiran setan akan dilakukan.
Kepala tidak simpan seperti piala