Teka-teki Sejarah: Apa Penyebab Sebenarnya Peradaban Maya Runtuh?

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 22 Agustus 2023 | 13:00 WIB
Di atas akar-akar pohon yang lebat di hutan Petén, berdiri Kuil V dari kota Maya kuno Tikal, yang kini berada di Guatemala. Bangunan setinggi 187 kaki ini berdiri di sebelah selatan Akropolis Tengah dan dibangun sekitar tahun 600 Masehi. (BRIAN VAN TIGEHM/ALAMY/ACI)

Mayat mereka dibuang, lengkap dengan lambang kekuasaan dan perhiasan batu giok, ke dalam tiga tempat pemakaman darurat.

“Di ruang pemakaman terbesar, para arkeolog menemukan 38 mayat dengan tanda-tanda trauma brutal,” jelas Ana.

Kekerasan semacam itu bukanlah hal yang mengejutkan di wilayah tersebut, namun menurut Ana, “insiden ini menonjol sebagai bagian dari pola yang lebih besar.”

Pada dekade pertama abad kesembilan, adalah mimpi buruk untuk bagi Maya, krisis politik dan sosial melanda hampir semua kota.

Pada akhir periode Klasik, para pemahat Maya berhenti mengukir monumen, para juru tulis berhenti mencatat perbuatan para penguasa, dan para pekerja menghentikan pembangunan istana dan kuil. Kota-kota ditinggalkan. Hal ini kemudian dikenal sebagai gerbang keruntuhan Maya.

Ana menjelaskan,keruntuhan berlangsung selama lebih dari seratus tahun. “Keruntuhan ini dimulai di wilayah yang dikenal sebagai Petexbatun dan melintasi daratan di dekat Sungai Usumacinta.”

Ketika kota-kota jatuh seperti kartu domino, hutan mulai mencakar tanah dari peradaban Maya. Akar dan sulur tanaman meliuk-liuk melewati istana, kuil, dan alun-alun.

Mencari petunjuk

Tersembunyi di dalam hutan, sisa-sisa arsitektur Maya memberikan wawasan yang menarik tentang kecepatan keruntuhannya. Ana menjelaskan, salah satu bangunan terakhir yang didirikan di kota Bonampak, di wilayah Sungai Usumacinta. 

Bangunan tersebut menampilkan mural dengan menampilan pertempuran yang dimenangkan oleh ajaw pada tahun 791, serta upacara kerajaan yang spektakuler. 

“Namun, karya seni ini belum selesai. Sketsa yang belum selesai terlihat di dinding, seolah-olah para seniman telah meletakkan peralatan mereka dan pergi di tengah-tengah pekerjaan mereka,” jelas Ana.

Contoh yang sama dramatisnya ditemukan di Yaxchilan, sebuah kota yang dekat dengan Bonampak. Pada tahun 800, raja mendirikan sebuah bangunan megah dan menghiasinya dengan pahatan.