Menguarnya Aroma Kopi di antara Tengik Getah Karet Desa Prangat Baru

By Utomo Priyambodo, Jumat, 11 Agustus 2023 | 21:57 WIB
Rindoni (55), Ketua Kelompok Tani Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru, sedang menyangrai biji kopi liberika hasil panen di Desa Prangat Baru. (Josua Marunduh)

Rindoni dan Jarum adalah kakak beradik yang sudah lama menjadi petani karet di Desa Prangat Baru. Kini, mereka juga menjelma petani kopi di desa transmigran di Kalimantan Timur itu.

Kini, desa mereka perlahan mulai mereka sulap untuk jadi tempat wisata kopi dengan tajuk Kopi Kampung Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu). Mereka juga telah membentuk Kelompok Tani (Poktan) Kapak Prabu. Rindoni didaulat menjadi ketuanya.

Kawasan Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru di Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kalimantan Timur. Lokasi Kampung Kopi Luwak ini kerap dilewati oleh orang-orang yang bepergian darat dari Kota Samarinda menuju Kota Bontang atau Kota Sangatta. (Josua Marunduh)

Pemilihan Rindoni menjadi ketua beralasan kuat. Pasalnya, dialah yang menjadi inspirator penanaman kopi liberika secara masif di Desa Prangat Baru. Penanaman itu berawal dari perenungan Rindoni saat melihat perkebunan pohon karet yang sudah uzur.

“Karena pohon karet ini usianya sudah cukup tua, maka perlu direhab. Kami cari kira-kira tanaman tumpang sari yang bagus yang kira-kira bisa ditanam di sela-sela karet. Ternyata kami temukan kopi,” tutur Rindoni.

Rindoni mulai menanam pohon kopi liberika pada tahun 1997. Hasilnya dia olah dan jadikan konsumsi pribadi. Kadang dia bagikan juga pada kerabat dan orang lainnya. Pada 2012 dia menumbuhkan bibit kopi lagi dari pohon-pohon kopi sebelumnya.

Pada 2015, harga karet anjlok. “Langsung turun harga ke Rp4 ribu per kilo,” sebut Jarum. Padahal sebelumnya harga karet “sempat sampai Rp20 ribu” per kilogram, tambah pria transmigran asal Lamongan itu.

Persitiwa anjloknya harga karet memukul perekonomian warga Desa Prangat Baru yang mayoritas bergantung pada komoditas tersebut. Hal ini membuat Rindoni merenung kembali.

Rindoni kemudian mendapat inspirasi untuk mulai menjual kopinya meski hasil panen kopinya masih sedikit. Pada 2017 dia menanam lebih banyak lagi pohon kopi.

Makin banyak orang yang minum kopi dari kebunnya, makin banyak pujian dan testimoni positif. Makin banyak pula orang yang mendukungnya untuk memperbesar produksi kopinya.

Melihat potensi besar penjualan kopi Rindoni, beberapa warga Desa Prangat Baru kemudian juga tertarik menanam kopi secara serius di sela-sela perkebunan karet mereka. Bagaimana tidak tertarik kalau mereka tahu harga jual kopi jauh lebih tinggi daripada harga karet?

Jarum menyebut harga karet saat ini hanya Rp8 ribu per kilogram. “Dan itu proses kerjanya harus setiap hari. Setiap pagi,” ucap Jarum.